Thursday, August 27, 2015

Bank Indonesia Berikan Sinyal Tidak Akan Turunkan Suku Bunga Acuan

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo memberi sinyal bank sentral akan menahan suku bunga acuan (BI rate) di angka 7,5 persen untuk jangka waktu yang cukup lama. Seolah enggan berspekulasi, Agus menyebut cara paling aman untuk menjaga stabilitas moneter adalah dengan tidak mengubah suku bunga.

“Sekarang ini kondisi dunia sedang dalam kondisi tidak pasti. Amerika Serikat (AS) sejak 2010 bunganya dibuat rendah dan diberikan likuiditas ke seluruh dunia. Sekarang karena ekonominya membaik dia mau naikkan tingkat bunganya,” ujar Agus di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu malam (26/8).

Gejolak ekonomi global yang disebabkan ketidakpastian kapan AS akan menaikkan tingkat bunga atau The Fed Rate menurut Agus sangat tinggi sekali. Ia menyebut ekonomi China yang sebelumnya bisa tumbuh di atas 10 persen, sekarang harus bersusah payah hanya untuk dapat menyentuh 6 persen saja.

“Harga minyak jatuh, dan semua harga komoditas andalan Indonesia selama tiga tahun terakhir semua turun. Nah di tengah kondisi dunia yang serba tidak pasti ini, BI harus menjaga stabilitas. Ini stance moneter kita,” kata Agus menjelaskan mengapa dalam beberapa bulan terakhir bank sentral nyaman menetapkan suku bunga 7,5 persen.

Namun untuk mengimbangi statisnya BI rate tersebut, Agus menyebut BI memiliki kebijakan makro prudensial. Strategi yang dibuat BI untuk bisa membantu perbankan menyalurkan kredit sehingga pertumbuhannya tetap terjaga.

“Kredit ini harus tumbuh. Kami berikan perhatian pada UMKM, dengan cara melonggarkan kemudahan giro wajib minimum ke bank. Kita beri insentif kepada bank agar lebih cepat mengeluarkan pinjaman kepada UMKM. Kebijakan loan to value juga kita ubah, agar tidak terlalu ketat sehingga bisa membantu pertumbuhan ekonomi,” paparnya.

Mantan Menteri Keuangan tersebut juga mengapresiasi langkah pemerintah yang menurunkan kebijakan bunga kredit untuk UMKM dari sebelumnya 22 persen, menjadi hanya 12 persen saja dan selisihnya ditanggung pemerintah.

“Tapi rupanya belum terlaksana karena bagian kuasa pengguna anggaran belum tandatangan atau bagaimana sehingga subsidi bunga itu belum jalan. Hal seperti ini harus didorong untuk membuat ekonomi bangkit,” jelas Agus.

No comments:

Post a Comment