PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menyadari bahwa 2015 merupakan tahun yang berat dan menantang. Sekretaris Perusahaan UNVRSancoyo Antarikso menyebut, selain karena pelemahan pupiah dan perlambatan ekonomi, juga ada tantangan persaingan pada produk Fast-Moving Consumer Goods (FMCG).
Pasar Indonesia yang menarik dengan banyaknya penduduk dan porsi kelas menengah yang meningkat, membuat Indonesia menjadi rebutan perusahaan lain. “Ada beberapa yang akan kita lakukan,” sebut Sancoyo, Selasa, (30/6). Pertama, UNVR akan fokus konsumen dan pelanggan. UNVR juga harus tahu apa yang mereka inginkan. Kedua, memaksimalkan portfolio. Saat ini UNVRmempunyai 39 merek. Ketiga, akses ke konsumen. Nah, ini bertujuan agar menjaga ketersediaan produk di pasar.
Keempat yaitu kejam terhadap biaya. Ia mengungkapkan, UNVR mesti teliti dalam memikirkan biaya. Kelima, membuat inovasi yang memiliki margin menarik. Tahun ini, UNVR menargetkan adanya 50 varian baru. Sancoyo mengakui bahwa saat ini UNVR ingin meluncurkan produk baru yang lebih sedikit namun lebih baik.
Tahun ini UNVR menganggarkan belanja modal atau capital expenditure(capex) sebesar Rp 1,1 triliun hingga Rp 1,2 triliun. Capex tersebut akan digunakan untuk peningkatan kapasitas produksi, memperkuat portofolio brand produk, distribusi, serta penambahan kabinet penyimpanan es krim. Sampai Maret, UNVR telah menyerap Rp 400 miliar untuk maintenance mesin dan penambahan kapasitas produk food and refreshment.
Untuk sumber dananya, UNVR berusaha mengandalkan kas internal. Adapun, kas dan setara kas UNVR di kuartal pertama yakni Rp 463,27 miliar. Sancoyo bilang bahwa secara historikal, penjualan UNVR meningkat dua kali lipat dalam waktu 6 tahun. Sementara Unilever Global mencatatkan penjualan € 40 miliar di 2010. Lalu pada 2020, Unilever Global memiliki visi untuk mencapai € US$ 80 miliar di 2020.
Selama bulan Ramadhan, Sancoyo bilang bahwa penjualan UNVR biasanya meningkat. Produk seperti Blue Band cenderung naik karena kebutuhan masyarakat membuat kue. Oleh karena itu,UNVR harus memastikan pasokan produk ke distributor mencukupi. Sebab distribusi tak bisa dilakukan H-7 dan H+7 Idul Fitri.
Tahun 2015 menjadi tahun yang berat dan menantang bagi beberapa emiten, termasuk emiten sekelas PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Agar margin laba tak tergerus, perseroan harus berjibaku mengeluarkan segenap upaya, salah satunya adakah mengkaji kenaikan harga. "Kami akan monitor terus soal kenaikan harga ini," ucap Sancoyo Antarikso, Sekretaris Perusahaan UNVR, Selasa, (30/6). Maklum, pada Maret 2015, UNVR telah menaikkan harga jual rata-rata sebanyak 1%.
Kenaikan harga jual UNVR bukan tanpa alasan kuat. Salah satunya adalah, fluktuasi nilai tukar rupiah yang cukup membebani. Sebab sebesar 55% biaya UNVR berhubungan dengan mata uang asing, seperti dollar AS, euro, dan poundsterling. UNVR telah berusaha meminimalisir volatilitas pergerakan mata uang asing terhadap margin laba, dengan cara melakukan lindung nilai atau hedging.UNVR telah melakukan hedging selama 13 pekan atau setiap kuartal untuk mencegah kerugian kurs yang harus ditanggung.
Sejatinya, dalam hal kenaikan harga ini, UNVR tidak sendirian. Emiten konsumer lain, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) siap melakukan langkah serupa. Direktur Utama MYOR, Andre Sukendra Atmadja beberapa waktu lalu mengatakan akan menaikkan harga jual 5%-10% di tahun ini. Di tahun lalu MYOR telah menaikkan 10%.
Kenaikan harga produk MYOR tahun lalu lebih kecil dibandingkan UNVR yang mengerek harga jual 9%-10% secara rata-rata. Kenaikan harga dilakukan dua tahap. Yakni, 4% sampai 5% di Maret 2014. Dan tahap kedua pada September 2014 sebanyak 5% secara rata-rata. Tingginya kenaikan harga jual di tahun lalu itu menjadi alasan bagi UNVR tidak menaikkan harga jual lebih tinggi di tahun ini.
Menurut Sancoyo, setiap kenaikan harga pasti akan berpengaruh terhadap daya beli konsumen. Terlebih saat ini daya beli masyarakat sedang memble akibat perlambatan ekonomi. Itu sebabnya, jika UNVR kembali menaikkan harga jual di tahun ini, jumlahnya tak terlalu besar. Kecilnya kenaikan itu juga lantaran persaingan pada produk fast moving consumer goods (FMCG) sangat ketat. UNVR akan mencoba fokus menjaga konsumen dan pelanggan demi menjaga omzet.
Strategi UNVR lain menjaga margin adalah memaksimalkan portofolio yang dimiliki. Saat ini, UNVR mempunyai 39 merek dan akan menjaga ketersediaan di pasar, sehingga produk UNVR mudah diperoleh konsumen. UNVR juga akan terus membuat inovasi yang bisa menghasilkan margin lebih menarik. Tahun ini,UNVR menargetkan bisa meluncurkan sekitar 50 varian baru. Perseroan tersebut berencana meluncurkan produk baru yang lebih sedikit, namun memiliki kualitas yang lebih baik.
Untuk mewujudkan hal tersebut, UNVR menganggarkan belanja modal atau capital expenditure(capex) antara Rp 1,1 triliun hingga Rp 1,2 triliun. UNVR mengandalkan kas untuk mendanai belanja modal. Di akhir kuartal I tahun ini, kas dan setara kas UNVR mencapai Rp 463,27 miliar. Capex tersebut untuk meningkatkan kapasitas produksi, memperkuat portofolio merek produk, distribusi, serta penambahan kabinet penyimpanan es krim.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) terus melaksanakan ekspansi bisnis. Kali ini, UNVR meresmikan pabrik bumbu masak baru di Kawasan Industri Jababeka. Pabrik home of savoury ini memproduksi bumbu Royco dan kecap Bango. Untuk pabrik bumbu masak teranyarnya, UNVR menggelontorkan investasi sebesar Rp 820 miliar. Ini merupakan bagian dari investasi sebesar Rp 8,5 triliun yang UNVR tanamkan selama 5 tahun terakhir.
Pabrik kesembilan UNVR ini memiliki luas bangunan 63.000 meter persegi. Sementara kapasitas produksinya adalah 7 miliar pieces per tahun untuk produk Royco dan Bango. Dengan adanya peningkatan kapasitas, UNVR berharap mampu memenuhi peningkatan pemintaan masyarakat hingga beberapa tahun mendatang. Lalu tak hanya memenuhi pasar Indonesia, pabrik ini juga untuk memenuhi permintaan ekspor ke beberapa negara di Asia, Eropa, dan Afrika pada waktu mendatang.
"Di tengah beragamnya tantangan yang ada, kami terus berupaya untuk memperkuat posisi kami untuk mewujudkan visi menumbuhkan bisnis dua kali lipat. Untuk itu, langkah strategis perlu kami ambil. Salah satunya dengan melakukan investasi di negara yang memiliki potensi besar dengan pertumbuhan yang relatif baik seperti Indonesia," kata Chief Supply Chain Officer Unilever Pier Luigi Sigismondi, Selasa,
Sampai Maret lalu, UNVR telah menyerap Rp 400 miliar untuk maintenance mesin dan penambahan kapasitas produk food and refreshment. Maklum, selama Ramadan ini penjualan UNVR biasanya meningkat di produk seperti Blue Band. Karena itu, UNVR harus memastikan pasokan produk ke distributor. Sebab distribusi tidak bisa dilakukan tujuh hari sebelum dan setelah Idul Fitri.
No comments:
Post a Comment