Sunday, December 14, 2014

PT Bank Central Asia Tbk Raup Laba Bersih 12,2 Triliun Pada Kuartal III 2014

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) kuartal III-2014 membukukan laba bersih sebesar Rp 12,2 triliun atau meningkat 17,7 persen YoY dari Rp 10,4 triliun. Sementara itu, total pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya pada kuartal III-2014 tumbuh 22,9 persen YoY menjadi Rp 30,1 triliun.

Corporate Secretary BCA, Inge Setiawati mengungkapkan perseroan meraih pendapatan bunga bersih sebesar Rp 24,5 triliun. Adapun hingga September 2014, margin bunga bersih (NIM) mengalami kenaikan sebesar 50 bps menjadi 6,5 persen.

Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, menjelaskan bahwa kompetitor sudah menaikkan suku bunga kredit sejak 2013. "Volume kredit 2013 masih besar. Setahu saya, kita bisa tumbuh 25 persen dalam setahun. Otomatis, kredit yang disalurkan Juni-September berdampak tahun ini. Secara unum, NIM akan bergerak naik," ujarnya.

Selain itu, outstanding kredit BCA meningkat 10,6 persen YoY atau sebesar Rp 31,7 triliun menjadi Rp 330,7 triliun pada akhir September 2014. Sementara itu, rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) berada di 75,9 persen.

Untuk rasio kredit bermasalah mencapai 0,7 persen. Rasio kecukupan modal (CAR) mencapai 17,2 persen. Melihat CAR yang tumbuh dari 15,8 persen dalam periode yang sama di tahun lalu, Inge menuturkan, posisi permodalan BCA masih sehat.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memperkuat modal untuk menghadapi pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA mengatakan, penambahan modal untuk ekspansi bisnis jangka panjang. Terlebih, industri perbankan akan menghadapi Basel III yang mewajibkan bank untuk memperkuat modal.

“Keuntungan kami adalah rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) mencapai 19 persen,” kata Jahja, Rabu (15/10/2014) kemarin. Selanjutnya, bank yang terafiliasi oleh Grup Djarum ini belum ada rencana menambahkan modal lagi, karena modal tersebut sudah cukup untuk mengembangkan bisnis pada tahun depan.

Jahja menambahkan, pihaknya menanti kebijakan makro ekonomi dari pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Harapannya, pemerintahan baru mampu meyakinkan asing untuk masuk ke industri ekspor dan impor, seperti sektor bahan baku. “Mereka masuk bawa dollar, kemudian perlu rupiah. Jadi lebih meramaikan pasar,” tambahnya.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengalami pertumbuhan laba bersih yang melambat pada akhir Agustus 2014. Namun, manajemen menegaskan, pelambatan tersebut bukan hal yang patut dikhawatirkan. “Naik turunnya laba dalam bisnis adalah sesuatu yang biasa. Tapi secara umum, perbankan Indonesia saya kira masih bisa mempertahankan profit yang memadai,” kata Jahja Setiatmadja, Presiden Direktur BCA, saat dihubungi , Selasa (14/10/2014).

Mempertahankan profit merupakan hal yang sangat penting agar bank bersangkutan senantiasa mampu menambah modal. Dengan kondisi ini, Jahja optimistis industri perbankan Indonesia, termasuk BCA, akan tetap tumbuh positif. “Saya kira dengan kinerja yang tetap kuat, perbankan kita akan mampu menahan serbuan bank asing,” pungkas Jahja.

Berdasarkan data Bank Indonesia per Agustus 2014, laba bersih yang diperoleh BCA mencapai Rp 10,43 triliun. Jumlah ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 17,58 persen secara year on year (yoy) dibanding perolehan laba bersih pada Agustus 2013 yang mencapai Rp 8,87 triliun.

Pertumbuhan laba bersih BCA pada Agustus 2014 menunjukkan pelambatan dibanding periode yang sama pada tahun lalu. Laba bersih pada Agustus 2013 tumbuh 19,70 persen secarayoy dibanding Agustus 2012 yang mencapai Rp 7,41 triliun.

No comments:

Post a Comment