Tuesday, March 17, 2015

Permintaan Madu Nasional Alami Peningkatan Drastis Hingga 100 Persen

Direktur Utama PT Madu Pramuka Wawan Darmawan mengatakan tren gaya hidup sehat membuat permintaan madu meningkat. "Banyak yang ingin menghindari gula, beralihnya ke madu," katanya . Tren ini membuat peningkatan konsumsi madu nasional dari 10-15 gram menjadi 15-20 gram per kapita per tahun. Wawan memprediksi kebutuhan madu mencapai lebih dari 20 ribu ton."

Ketua Umum Jaringan Madu Hutan Indonesia Rio Bertoni mengatakan permintaan madu masih didominasi konsumen pribadi. "Belum ada korporasi yang menyerapnya sebagai bahan baku campuran makanan," ujarnya. Menurut Rio, permintaan madu dari luar negeri juga meroket. Ia mengklaim petani di bawah pengelolaan JMHI kerap mengekspor madu hutan curah ke Malaysia.

Permintaan dirasakan semakin menguat ketika masa paceklik bunga. Pada musim ini, madu budi daya menyusut pasokannya. Menurut Rio, madu budi daya menyuplai sekitar 25 persen dari total suplai madu nasional. "Suplai masih didominasi madu hutan."

Produksi madu pada masa paceklik bunga membuat petani menempuh berbagai cara. Suyanto, petani madu di Wonogiri, Jawa Tengah, mengatakan cara yang lazim dilakukan adalah memberikan cairan gula di dekat koloni lebah. Cairan gula itu berfungsi sebagai pengganti nektar, makanan lebah, dari bunga. Madu yang dipanen tetap berasal dari perut lebah. Dengan cara ini, petani bisa mempercepat panen selama 3-4 hari. Tanpa cairan gula, petani memanen sekitar 15-30 hari.

Namun, ada juga jalan pintas, yaitu mencampur madu dengan cairan gula. Baru-baru ini, enam orang ditangkap Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, pada 18 Januari 2015. Mereka kedapatan memalsukan madu dengan mencampur madu dengan cairan gula. Praktek pemalsuan madu di Kalimantan Barat marak karena daerah ini kesohor sebagai sentra madu hutan Kalimantan yang dibanderol Rp 100 ribu per kilogram.

Sih Kahono, peneliti lebah dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, mengatakan pasokan madu domestik terancam menyusut seiring perambahan hutan yang semakin meluas dan konversi lahan pertanian. "Membuat sebaran bunga juga berkurang," katanya. Bunga merupakan penghasil nektar atau sari bunga yang menjadi pakan lebah.

Jika lebah kekurangan makanan, produksi madu akan seret. Sudiro, petani madu asal Jepara, Jawa Tengah, mengatakan paceklik bunga terjadi ketika musim hujan berkepanjangan. "Biasanya antara Desember hingga Mei," katanya. Sih Kahono mengatakan paceklik bunga terparah terjadi pada 2010. Saat itu suplai madu domestik seret sehingga angka impor madu melambung tinggi mencapai 15 ribu ton. Berdasarkan data tahunan Kementerian Perdagangan, impor madu rata-rata pada angka 2.000-2.300 ton per tahun. "Tidak menutup kemungkinan impor akan terus naik."

Saat ini paceklik bunga dirasakan petani madu budi daya seperti Sudiro. Pria 36 tahun itu biasanya memanfaatkan bunga pohon randu untuk koloni lebahnya. Namun, karena belakangan ini pohon randu tak berbunga, Sudiro berburu pohon lain hingga ke Wonogiri, Jawa tengah. "Dapat pohon sonokeling di dekat Waduk Gajah Mungkur," ujarnya.

Selama setengah bulan, Sudiro berbudi daya lebah Apis mellifera di sekitar kawasan pohon sonokeling. Hasilnya, Sudiro memanen dua setengah kuintal madu dari ratusan koloni yang disebarnya. Jumlah ini lebih rendah ketimbang masa pohon randu berbunga yang bisa menghasilkan setengah ton madu.

Paceklik bunga juga dialami petani madu hutan. Ketua Umum Jaringan Madu Hutan Indonesia Rio Bertoni mengatakan paceklik bunga di hutan tidak seburuk pada bunga budi daya pertanian. Paceklik bunga di hutan tidak merata sehingga madu hutan bisa dipanen sepanjang tahun. "Lokasinya yang berbeda."

Kuntadi, peneliti lebah dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Kementerian Kehutanan, mengatakan pasokan madu domestik mencapai 8.000 ton per tahun. Jumlah ini masih belum mencukupi kebutuhan madu. Direktur Utama PT Madu Pramuka Wawan Darmawan punya hitungan lain. Menurut dia, suplai madu lokal mencapai 15-20 ribu ton.

No comments:

Post a Comment