Perlambatan pertumbuhan perekonomian mendera hampir seluruh belahan dunia, tak terkecuali Cina. Cina yang beberapa tahun terakhir mampu bertahan dan menunjukkan pertumbuhan perekonomian tinggi, kali ini terpaksa menyerah dan mengakui takkan mampu mengejar target pertumbuhan ekonomi di atas 10 persen seperti dulu.
Namun, pemerintah Cina masih optimistis dapat menstabilkan pertumbuhan agar tak melambat di bawah tujuh persen. “Kami memiliki kemampuan untuk menstabilkan perlambatan pertumbuhan,” ujar Wakil Perdana Menteri China Zhang Gaoli seperti yang dilansir Reuters, Ahad, 22 Maret 2015.
Titik terang buat pertumbuhan itu, ujar Gaoli, bisa dimanfaatkan Cina melalui sektor lapangan pekerjaan, jasa, industri teknologi tinggi, industri baru, investasi swasta, dan inovasi teknologi. Pemerintah juga telah mempersiapkan beberapa kebijakan untuk mendukung target kestabilan tersebut. “Selain kebijakan fiskal, diperlukan kebijakan moneter yang tak terlalu longgar dan tak terlalu ketat,” ujar Gaoli. Karena itu, sejak November lalu, bank sentral Cina PCB, sudah memangkas suku bunga acuan sebanyak dua kali dari 6 persen menjadi 5,35 persen.
Wakil Kepala Perencanaan Perekonomian China Lian Wiliang, mengatakan pihaknya tak boleh mengesampingkan beberapa faktor yang dapat menimbulkan risiko. “Pelambatan pertumbuhan perekonomian dapat memantik risiko finansial yang tak terduga dan peningkatan utang pemerintah,” kata dia.
Perlambatan yang terjadi di Cina selain dari pemulihan perekonomian Amerika Serikat, juga dipicu oleh menurunnya harga properti, kapasitas industri yang berlebihan, dan utang pemerintah yang tinggi. Situasi ini mengakibatkan output industri dan investasi mengalami perlambatan pertumbuhan sehingga laju pertumbuhan harus tertekan.
No comments:
Post a Comment