Tuesday, March 24, 2015

Daftar Pengusaha Yogyakarta Yang Terpukul Karena Penguatan Dolar Terhadap Rupiah

Kalangan pengusaha di Daerah Istimewa Yogyakarta mendesak pemerintah menggenjot pendapatan devisa dolar Amerika Serikat untuk mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Ketua Kamar Dagang dan Industri DIY, H.R. Gonang Djuliastono, mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah memukul sebagian pengusaha yang mengimpor bahan baku maupun produk dalam bentuk jadi. Dia mencontohkan importir produk pertanian dan makanan, misalnya kedelai dan buah.

"Kedelai merupakan bahan baku yang vital. Pemerintah harus cepat menstabilkan kondisi saat ini," kata dia, Selasa, 24 Maret 2015. Menurut dia, melemahnya nilai tukar rupiah otomatis membuat barang yang diimpor menjadi mahal. Untuk mengatasinya, pemerintah perlu segera mempercepat paket ekonomi dalam jangka pendek. Paket itu di antaranya meningkatkan nilai ekspor di sektor industri dan menekan laju impor.

Kadin DIY, menurut Gonang, mendorong pemerintah lebih mempermudah pengurusan izin ekspor pengusaha. Dia mengkritik pemerintah yang belum sepenuhnya memberikan kemudahan pengusaha ketika mengurus izin ekspor. Selain itu, perlu keberanian dari pengusaha untuk memperluas pasar ekspor selain kawasan Amerika dan Eropa. Kawasan Timur Tengah, kata Gonang potensial. Mereka tertarik pada industri kerajinan dan mebel DIY dan produk konstruksi bangunan. "Madinah adalah pasar yang bagus untuk ekspor," kata Gonang.

Data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM DIY menunjukkan total nilai ekspor DIY pada 2013 mencapai US$ 211,76 juta. Sedangkan, pada 2014 nilainya naik menjadi US$ 236,22 juta. Untuk nilai impor pada 2013 mencapai US$ 154,99 juta. Sedangkan pada 2014 turun menjadi US$ 25,48 juta.

Adapun, total nilai ekspor selama Januari 2015 di DIY mencapai US$ 16,75 juta. Komoditas ekspor itu di antaranya pakaian jadi, mebel kayu, sarung tangan kulit, kerajinan kayu, kerajinan batu, dan kerajinan kulit. Sedangkan total nilai impor selama Januari tahun ini sebanyak US$ 0,54 juta. Produk impor di antaranya tekstil, kertas, plastik, suku cadang mesin pertanian, mesin jahit, dan aksesori.

Tak hanya meningkatkan nilai ekspor, sektor pariwisata juga diperlukan untuk menambah devisa dolar. Gonang mengatakan kebijakan pemerintah melalui pemberian bebas visa kunjungan singkat ke Indonesia bagi wisatawan dari 30 negara menjadi solusi jangka pendek. Kebijakan ini mulai diterapkan pada April 2015. Tujuannya untuk menaikkan jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia.

Sekretaris Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia DIY, Heru Prasetyo mengatakan sebagian besar pengusaha furnitur di DIY selama ini mengekspor produknya ke negara di kawasan Eropa dan Amerika. Menguatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah menggembirakan bagi sebagian eksportir. Mereka kebanyakan menggunakan bahan baku lokal untuk produk yang diekspor.

Tapi, menguatnya nilai dolar saat ini juga berimbas pada eksportir yang membeli sebagian bahan baku dari luar negeri. Dia mencontohkan kalangan industri pembuat patung yang menggunakan bahan resin yang diimpor dari Cina dan Singapura. Ada pula mebel partisi, misalnya meja belajar yang sebagian bahannya impor.

Menurut Heru, satu tong resin atau 225 kilogram resin misalnya harganya menjadi Rp 7,2 juta setelah harga dolar naik. Sebelum dolar menguat harga resin sebanyak 225 kilogram Rp 6,3 juta. "Bahan ini penggunaannya sedikit. Untuk mebel hanya 10 persen," katanya.

No comments:

Post a Comment