PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan bahwa salah satu perusahaan tambang milik Grup Saratoga, PT Merdeka Copper Gold akan melepas saham ke publik (initial public offering/IPO). Direktur Penilaian Perusahaan BEI Hoesen menyatakan rencana IPO perusahaan tersebut berlandaskan Peraturan Nomor I-A.1 tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara yang resmi berlaku 1 November 2014 lalu.
"Rencananya dana hasil melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) itu bakal digunakan untuk kegiatan operasionalnya," ujar Hoesen di Jakarta, Rabu (11/2). Peraturan itu menyebutkan, calon perusahaan tercatat harus memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi atau Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Operasi Produksi. Serta dapat dalam kondisi telah menjalankan tahapan penjualan, telah melaksanakan tahapan produksi namun belum sampai penjualan, serta belum memulai tahapan operasi produksi.
"Perusahaan telah menjelaskan semuanya, seperti cadangan terbukti (proven reserve) dan terkira (probable reserve) berdasarkan laporan pihak kompeten," jelas Hoesen. Dia menambahkan bahwa perseroan juga memiliki sertifikat "clear and clean" atau dokumen lain yang setara atas perizinan pertambangan dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) atau instansi lain yang berwenang yang ditetapkan pemerintah.
Hoesen juga mengatakan bahwa Merdeka Copper Gold memiliki nilai ekuitas atau kekayaan bersih perusahaan sekitar Rp 1 triliun. Rencananya, lanjut Hoesen, perseroan akan melepas sebagian sahamnya ke publik sekitar 20 persen dari modal dan disetor penuh.
Merdeka Cooper Gold juga telah menunjuk PT Indopremier Securities selaku penjamin pelaksana emisi atau "underwriter" IPO ini. "Perseroan akan menggunakan buku keuangan periode Oktober 2015 sebagai salah satu syarat pengajuan IPO," kata Hoesen.
PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) akan ekspansi usaha di sektor infrastruktur pembangkit listrik dan jalan tol pada tahun depan melalui perusahaan-perusahaan afiliasinya. "Kami akan meningkatkan kapasitas pembangkit listrik 20 persen sampai 30 persen dan juga mulai mengoperasikan jalan tol Cikampek-Palimanan pada tahun depan," ujar Sandiaga Salahuddin Uno, Presiden Direktur SRTG.
Sandiaga menjelaskan kapasitas pembangkit listrik sumber daya terbarukan yang dikembangkan oleh anak usahanya PT Medco Power Indonesia (MPI), rencananya akan ditingkatkan menjadi 220 mega watt (MW) pada 2015."Di mana untuk per 1 MW itu membutuhkan modal sekitar US$ 1 juta hingga US$ 1,5 juta," katanya memperkirakan.
Sementara untuk jalan tol Cikampek-Palimanan, Sandiaga menuturkan perseroan melalui dua anak usahanya, PT LIntas Marga Sedaya dan PT Nusa Raya Cipta, telah menyelesaikan sekitar 80% proyek jalan tol Cikampek-Palimanan sepanjang 116 kilo meter. "Untuk jalan tol palimanan kami menargetkan tahun depan sudah mulai beroperasi," jelasnya.
Sebagai informasi, SRTG pada kuartal III 2014 mencatatkan laba bersih sebesar Rp 762 miliar, tumbuh signifikan dibandingkan dengan perolehan laba periode yang sama tahun sebelumnya Rp 91 miliar. Hal itu berkat peningkatan pendapatan sebesar 105 persen, dari Rp 2,3 triliun pada kuartal III 2013 menjadi Rp 4,7 triliun pada kuartal yang sama 2014.
SRTG merupakan perusahaan investasi yang bergerak di tiga sektor usaha, yakni sumber daya alam, infrastruktur dan konsumer.Di sektor konsumer, SRTG memiliki tiga perusahaan afiliasi, yakni PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (barang otomotif), PT Etika Karya Usaha (properti), dan PT Gilang Agung Persada (gaya hidup).
Sedangkan di bidang infrastruktur, SRTG memiliki saham di tujuh perusahaan, yakni PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (menara telekomunikasi), PT Lintas Marga Sedaya dan PT Nusa Raya Cipta Tbk (jalan tol), PT Medco Power Indonesia, PT Tenaga Listrik Gorontalo, PT Adaro Power (pebangkit listrik), dan PT Tri Wahana Universal (penyulingan minyak).
Lalu di sektor sumber daya alam, anak perusahaan SRTG adalah PT Adaro Energy Tbk (tambang batubara), PT Provident Agro (perkebunan sawit), Interra Resources Limited (tambang migas), dan Finders Resources, Sumatra Copper & Gold, dan Sihayo Gold Limited (tambang emas, perak dan tembaga).
Sandiaga Salahuddin Uno baru saja terdepak dari daftar orang terkaya di Indonesia versi Majalah Forbes tahun ini. Pemilik Grup Saratoga itu menanggapi ringan kabar tersebut karena menilai tak ada untungnya mendapat predikat tersebut. "Tidak ada untungnya. Coba tanya ke setiap pengusaha, pasti menjawab tidak ada pengaruhnya," ujarnya .
Menurut Sandi, titel orang terkaya bukanlah kebanggan bagi dirinya sebagai pebisnis, melainkan kepercayaan untuk bisa menularkan virus positif kepada pelaku usaha. "Jadi bukan ini privilige, tetapi responsibility untuk memberi contoh, memotivasi banyak entreneur agar memacu bisnisnya," jelas Sandi.
Berdasarkan perhitungan Majalah Forbes, kekayaan Sandiaga Uno pada tahun lalu sebesar US$ 460 juta atau setara dengan Rp 5,6 triliun. Itu yang menjadi dasar Forbes menempatkannya di urutan 47 orang terkaya Indonesia . "Menurut saya itu akurat karena mereka mereka melihat data-data yang sudah di-publish dan dihitung oleh orang-orang yang kredibel," ujarnya.
Sandiaga Uno mengakui kalau kekayaannya turun pada tahun ini. Terutama karena pendapatan dari aktivitas bisnis di sektor sumber daya alam anjlok mengikuti penurunan harga komoditas. "Ini alami saja, karena nature bisnis kadang naik-turun. Jadi kalau bisnis lagi bagus masuk," katanya. Perusahaan investasi milik Sandiaga S. Uno, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) mengkaji ulang rencana penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) dua anak perusahannya, PT Tri Wahana Universal dan PT Medco Power Indonesia.
“Kami masih mengkaji ulang, menunggu situasi yang kondusif. Bukan mustahil keputusan akhir bakal ditetapkan pada kuartal I 2015. Paling cepat IPO di paruh pertama tahun depan,” ujar Presiden Direktur Saratoga Sandiaga S. Uno saat paparan publik di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI). Dia mengatakan perseroan masih perlu menyiapkan beberapa hal untuk melakukan IPO kedua perusahaannya, terutama dari segi ukuran aset. Kendati demikian, Sandiaga menilai kedua perusahaan yang berkecimpung di bidang infrastruktur tersebut telah memenuhi persyuaratan untuk IPO.
Dari segi aset, Tri Wahana diketahui bernilai Rp 1,49 triliun pada akhir 2013, naik dari posisi akhir 2012 senilai Rp 993 miliar. Sementara Medco Power memiliki aset senilai Rp 3,32 triliun pada akhir 2013, naik dari posisi akhir 2012 sebesar Rp 2,48 triliun. “Kami berencana melepas 15 hingga 30 persen kepemilikan saham kepada publik,” jelasnya.
Sandiaga juga menuturkan rencana perseroan untuk menaikan porsi kepemilikan saham pada anak usahanya, yang berkecimpung di consumer goods dan ritel. Beberapa perusahaan sektor tersebut adalah PT Gilang Agung Persada (GAP) dan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX). “Belum akan meningkatkan di tahun ini, tapi di sektor fashion masih terbuka kemungkinannya. Ada sektor ritel menarik lainnya, yaitu makanan dan minuman cepat saji. Kita bidik terus di sektor ini,” jelasnya.
Sejaun ini, Sandiaga Uno menyatakan belum ada perusahaan yang disorot secara khusus. Namun, dia memberikan bocoran terkait ketertarikan perseroan dengan beberapa merek lokal yang dianggap bagus dan berkelas dunia. “Bangga kalau restoran Indonesia bisa bersaing di pasar global. Saya pengen ubah mindset itu, tapi baru pemikiran awal,” tuturnya.
No comments:
Post a Comment