Saturday, March 28, 2015

Bank Mayora Naik Kelas Dengan Modal Inti Diatas Rp. 1 Triliun

Meski bakal naik kelas pada kuartal kedua 2015 menjadi Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) II atau bank dengan modal inti Rp 1 triliun sampai dengan kurang dari Rp 5 triliun, Bank Mayora tetap fokus di bisnis ritel. Presiden Direktur Bank Mayora Irfanto Oeij mengatakan hal itu usai melakukan penandatanganan kerja sama dengan Presiden Direktur Waringin Hospitality Hotel Group Herry Suwandi di Lemo Hotel 88 di kawasan Legok, Serpong, Kabupaten Tangerang, Sabtu (28/3/2015). "Kami punya latar belakang mengapa fokus di ritel," tuturnya.

Menurut Irfanto, Bank Mayora, memang menjadi bagian dari bisnis Grup Mayora, perusahaan yang bergerak di bidang ritel produk-produk makanan dan minuman. Irfanto menjelaskan pihaknya mengikuti peraturan Batas Maksimum Pemberian Kredit Otoritas Jasa Keuangan (BMPK OJK). Peraturan ini membatasi BMPK hanya sepuluh persen dari modal disetor. Berpijak pada peraturan itu, papar Irfanto, pihaknya tidak membiayai Grup Mayora. "Kami membiayai para distributor di bawah naungan Grup Mayora," tuturnya sembari menambahkan bahwa aktivitas bisnis Grup Mayora sudah sejak 1950-an berkembang hingga kini.

Irfanto menambahkan sepanjang 2014 silam, pihaknya mengucurkan dana kredit di kisaran Rp 3 triliun. Dari jumlah itu, porsi 50 persen lebih menjadi bagian pembiayaan sektor ritel, utamanya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).  Tahun ini, Bank Mayora menambah kucuran total kreditnya menjadi sekitar Rp 4 triliun. Lantaran itulah, kata Irfanto, pihaknya juga meningkatkan porsi pembiayaan sektor ritel UMKM hingga menyentuh angka lebih dari 70 persen.

Sebelumnya, pada 10 Maret 2015, Bank Mayora menandatangani perjanjian kerja sama strategis dengan International Finance Corporation (IFC). Melalui kerja sama ini, IFC menginvestasikan sebesar lebih dari 22 juta dollar AS ke dalam penyertaan saham baru yang diterbitkan Bank Mayora. Bank Mayora akan menggunakan dana itu untuk memperkuat modal inti, bisnis, serta jaringan.

Lebih lanjut Irfanto menambahkan setelah UMKM, kredit pihaknya juga membidik sektor kredit konsumtif. Angkanya mencapai delapan persen. Kredit sebesar itulah yang dimanfaatkan Bank Mayora untuk pengembangan pembiayaan bidang pengembangan usaha perhotelan seperti kerja sama dengan Waringin Hospitality Hotel Group tersebut.

Dalam kesempatan itu pula, Bank Mayora bekerja sama dengan Asosiasi Perusahaan dan Konsultan Telematika Indonesia (Aspekti) untuk pemberian fasilitas perbankan dan promosi. Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional Aspekti Laode M Kamaludin menandatangani perjanjian kerja sama itu.

Catatan dari Herry Suwandi menunjukkan hotel yang terletak dekat dengan kawasan perumahan Gading Serpong itu punya 62 kamar bertipe superior. Hotel ketujuh dari Grup Hotel 88 yang berada di bawah naungan Waringin Hospitality Hotel Group ini juga punya tiga ruang pertemuan berkapasitas masing-masing 40 orang. Lalu, ada pula satu ballroom berkapasitas 300 orang.

Mendapat izin pemerintah sebagai Bank Pelaksana Penyaluran Dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) mulai 22 Januari 2015, Bank Mayora mematok target pembiayaan Rp 50 miliar. Sementara itu, target Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bank yang menjadi anak usaha Mayora Group itu diharapkan bisa tumbuh 18 persen ketimbang periode 2014.

Program FLPP adalah dukungan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan kepada masyarakat berpenghasilan rendah untuk pembelian rumah tapak (KPR Sejahtera Tapak) dan rumah susun (KPR Sejahtera Susun). Menurut siaran pers yang diterima kemarin, pemerintah menunjuk 17 bank, termasuk Bank Mayora, menjadi bank pelaksana tersebut. Bank Mayora dipercaya karena dinilai telah memiliki kesiapan infrastruktur, jaringan, dan sumber daya manusia yang memadai. “Kami gembira bisa mengambil bagian dalam program FLPP tahun ini sehingga bisa berpartisipasi dalam menyediakan hunian yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah,” ujar Irfanto Oeij, Direktur Utama Bank Mayora.

Untuk tahap awal penyaluran FLPP, Bank Mayora akan mengoptimalisasikan potensi dari existing customer, yakni nasabah dari grup. “Kami berharap, masyarakat yang berpenghasilan rendah dapat terbantu melalui program ini untuk segera memiliki hunian karena mereka akan mendapat berbagai keringanan, seperti uang muka yang rendah, cicilan ringan dan tetap sepanjang jangka waktu kredit,” ujar Karlina Sugiarti, Kepala Bagian Produk Pembiayaan Konsumsi Bank Mayora.

Kriteria penerima dana FLPP adalah masyarakat berpenghasilan maksimal Rp 4 Juta per bulan (untuk KPR Sejahtera Tapak) dan maksimal Rp 7 Juta per bulan (untuk KPR Sejahtera Susun) dan belum memiliki rumah. Proses pengajuannya cukup mudah yaitu dengan melengkapi persyaratan administratif dan memenuhi kriteria sebagai penerima dana FLPP. “Tantangan kami sekarang, karena terbilang masih pemain baru di bisnis KPR jadi perlu upaya lebih kuat untuk mempromosikan produk KPR kami ke masyarakat luas dengan cara mengemas penawaran produk yang lebih bersaing” terang Karlina.

Catatan dari laman bankmayora.com menunjukkan, pada periode Januari-September 2014, Bank Mayora mencatatkan pertumbuhan laba mencapai 258,25 persen menjadi Rp 10,89 miliar jika dibandingkan dengan pencapaian pada 2013. Lantaran itulah, manajemen optimistis melangkah maju dari kategori Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) I menjadi BUKU II atau bank umum dengan modal inti Rp 1 triliun sampai dengan kurang dari Rp 5 triliun pada tahun ini.

Sementara itu, dalam acara Anugerah Perbankan Indonesia 2014 (API) dari Majalah Economic Review bekerja sama dengan Perbanas Institute pada November 2014, Direktur Utama Bank Mayora Irfanto Oeij mendapat penghargaan sebagai The Most Analytical CEO 2014 untuk kategori Bank Buku I.

No comments:

Post a Comment