PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatat penurunan laba bersih sebanyak 25,4% menjadi Rp 326 miliar di akhir 2014. Pada periode yang sama tahun sebelumnya laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karya itu Rp 409 miliar.
Laba perseroan jatuh sejalan dengan omzet yang berkurang. Pendapatan perusahaan pelat merah itu mencapai Rp 8,6 triliun di 2014, turun dibandingkan pendapatan di tahun sebelumnya Rp 9,7 triliun.
Seperti dikutip dari laporan kinerja keuangan Adhi Karya, Kamis (26/2/2015), beban pokok pendapatan juga ikut turun dari Rp 8,6 triliun di 2013 menjadi Rp 7,6 triliun tahun lalu.
Laba kotor Perseroan yang dibukukan menjadi hanya Rp 998 miliar di akhir tahun lalu, lebih rendah dibandingkan posisi akhir tahun sebelumnya sebesa Rp 1,1 triliun.
Laba usaha perusahaan juga turun menjadi Rp 738 miliar dibandingkan sebelumnya Rp 822 miliar. Koreksi laba ini membuat laba bersih per saham Perseroan pun turun dari Rp 225,38 per lembar menjadi hanya Rp 179,91 per lembar di akhir 2014.
Pada perdagangan hari ini, hingga pukul 11.10 waktu JATS, harga saham ADHI berada di level Rp 3.430 per lembar, naik 10 poin (0,29%). Sebanyak 67.821 lot sahamnya diperdagangkan 1.251 kali senilai Rp 23,1 miliar.
PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatat kontrak baru sebesar Rp 192 miliar selama Januari 2015. Kontrak baru tersebut untuk menggarap aneka proyek insfrastruktur, mulai dari jalan, jembatan, hingga gedung. Corporate Secretary Adhi Karya Ki Syahgolang Permata mengatakan, sebanyak 49% dari kontrak tersebut merupakan proyek jalan dan jembatan, sedangkan sisanya gedung dan infrastruktur lainnya.
Sementara jika dilihat dari sumber dananya, realisasi kontrak baru tersebut terdiri dari APBN sebanyak 46%, BUMN sebesar 18% sementara swasta atau lainnya terdapat 37%. "Sedangkan dari sisi lini bisnis, di awal tahun 2015 ini, Konstruksi dan EPC masih mendominasi kontribusi sebesar 89%, dan sisanya merupakan lini bisnis lainnya," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (16/2/2015).
Tahun ini Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu membidik perolehan kontrak baru hingga sebanyak Rp 15,2 triliun. Jas bisnis konstruksi akan menjadi penyumbang kontrak tersebesar dengan perkiraan porsi Rp 12,5 triliun. Sementara bisnis Engineering, Procurement, Construction (EPC) sebanyak Rp 460 miliar, properti realti sebesar Rp 1,7 triliun, dan lini bisnis precast concrete sekitar Rp 479,6 miliar.
"Sedangkan dari jenis pekerjaan, proyek gedung diperkirakan sebanyak 39%, jalan dan jembatan sebesar 31%, dan sisanya proyek infrastruktur lainnya," ujarnya. Sementara itu, dari sisi capital expenditure (capex) di 2015 perseroan menganggarkan Rp 824,7 miliar tahun ini. Omzet perusahaan diperkirakan menembus Rp 13,2 triliun, dengan target laba bersih Rp 440,1 miliar di tahun ini.
No comments:
Post a Comment