Sunday, August 23, 2015

5 Invisible Hand Dalam Distribusi Cabai Rawit Yang Dongkrak Harga Hingga 50 Persen

Panjangnya distribusi cabai rawit dari petani hingga pedagang pengecer mencapai 5 rantai pasok. Ini membuat harga cabai rawit membengkak hingga 50% lebih begitu sampai di pasar, terutama di Jakarta. Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Jawa Timur Sukoco menerangkan, distribusi cabai yang mencapai 5 tangan hingga sampai Jakarta tersebut, sudah terjadi sejak lama.

"Dari petani ke pengumpul, pengumpul ke tengkulak, kemudian ke bandar besar, pedagang pasar induk, sampai pengecer. Semua ambil untung 10%," jelasnya saat dihubungi detikFinance, Sabtu lalu. Sukoco mengungkapkan, panjangnya distribusi yang mencapai 5 rantai ini sudah tergolong sedikit. Dengan kondisi tersebut, sambungnya, margin 10% yang diambil setiap layer (tingkat) pedagang dianggap masih wajar, mengingat risiko susut dan kerusakan cabai selama masa pengiriman.

"Dari petani, disortir, disimpan, dan diangkut hingga ke pengecer di Jakarta butuh waktu 5 hari, tentunya ada kerusakan 10%. Makanya di Surabaya atau Malang saja masih Rp 50.000/kg, wajar di Jakarta Rp 60.000/kg," katanya. Tidak berhenti sampai di situ, para pedagang pun, lanjutnya, masih ada pedagang yang kerap yang mengambil margin di atas 10% dalam 5 rantai pasok tersebut.

"Jadi 10% sudah sewajarnya, karena sudah menutup ongkos transportasi dan kerusakan. Kadang ada pedagang yang ambil lebih," tutur Sukoco. Harga komoditas cabai baik cabai mulai dari rawit, keriting maupun cabai besar masih tetap tinggi. Tingginya harga membuat pembeli kian sepi dan penjualan menurun.

Pantauan di Pasar Minggu, Jakarta Selatan selama sepekan ini, harga cabai rawit merah tetap di level Rp 70.000/kg. Sementara cabai merah keriting dan cabai merah besar Rp 40.000/kg. Dampaknya, pembeli mengurangi jumlah pembelian cabai bahkan rata-rata tidak sampai 1 ons tiap pembeli.

"Rawit masih Rp 70.000/kg, cabai merah keriting dan cabai besar Rp 40.000/kg. Ini bakal tetap tinggi harganya kalau panas kemarau nggak berhenti, karena cabai pada rusak," ungkap Suwarti, pedagang sayur Pasar Minggu. Suwarti mengatakan, pembelinya para ibu rumah tangga pun saat ini membeli dalam jumlah kecil, dan cenderung seadanya uang.

"Udah bukan seperempat atau 1 ons belinya tapi comotan seadanya uang. Punya uang Rp 3.000 ya dikasih aja sedapatnya. Harga per ons cabai rawit merah Rp 8.000. Orang belanja berapa aja saya layani," jelas Suwarti. Hal itu juga membuat Suwarti kini membatasi stok penjualan komoditas cabai tersebut. "Cabai rawit sehari hanya bawa 4-5 kilo. Kalau harga lagi normal bisa dua kali lipat," imbuhnya.

Tri, seorang pedagang sayur lainnya pun merasakan penjualan cabai pun sekarang menurun.  "Ada yang bawa uang Rp 5.000 mau buat masak ya dikasih aja campur sedikit-sedikit rawit, keriting sama besar. Ibu-ibu kan ada uangnya memang segitu dan tetep harus masak," kata Tri. Tri menduga, harga ini masih akan tinggi dalam beberapa waktu ke depan. "Modalnya kalo rawit Rp 65.000/kg, cabai merah sama cabai keriting Rp 35.000/kg. Apalagi ini mau lebaran haji, harga ngga bakalan turun," ujar Tri.

No comments:

Post a Comment