Seiring dengan momentum perayaan hari raya Lebaran yang jatuh bulan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi di sepanjang Juli 2015 menyentuh angka 0,93 persen atau lebih tinggi 0,39 persen ketimbang capaian inflasi Juni yang hanya mencapai 0,54 persen.
Kepala BPS Suryamin mengungkapkan, adanya peningkatan laju inflasi di medio Juli dipicu oleh eskalasi harga-harga bahan makanan dan transportasi yang terjadi sebelum maupun sesudah perayaan Lebaran. “Transportasi cukup besar memberikan andil. Pada bulan Juli tahun ini ada sebelum lebaran ada arus mudik dan setelah lebaran ada arus balik," tutur Suryamin saat memberikan konferensi di kantornya, Senin (3/8).
Suryamin mengatakan dengan adanya capaian inflasi di angka 0,93 persen pada Juli kemarin, laju inflasi secara tahun berjalan (year on year) menyentuh angka 7,26 persen. Sementara secara kumulatif, inflasi selama tahun kalender berjalan atau year to date (YtD) dihitung mencapai 1,90 persen. "Tapi kalau dilihat angkanya sama persis dengan inflasi bulan Juli tahun 2014," kata Suryamin.
Mengacu pada data BPS sampai dengan akhir Juli 2015, seluruh indeks kelompok pengeluaran diketahui mengalami kenaikan harga dengan kelompok bahan makanan sebagai kelompok yang mengalami penaikan harga paling tinggi yakni sebesar 2,02 persen. Sedangkan untuk kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan menyusul dengan kenaikan laju inflasi sebesar 1,74 persen, dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang mengalami penaikan harga di angka 0,51 persen. Sementara untuk kelompok kesehatan, penaikannya diketahui mencapai 0,36 persen, sedangkan kelompok perumahan, air, listrik, gas, hingga bahan bakar peningkatannya mencapai 0,13 persen dan sandang sebesar 0,39 persen.
Dengan begitu, laju inflasi komponen inti pada Juli 2015 diketahui telah mencapai 0,34 persen dengan tingkat inflasi komponen inti sepanjang Januari hingga Juli 2015 menyentuh angka 2,34 persen. Jika dibandingkan dengan Juli tahun lalu, tingkat inflasi komponen inti bulan Juli tercatat telah mencapai 4,86 persen. "Artinya komponen ekonomi secara umum yang bisa mempengaruhi inflasi sudah cukup bagus seperti suku bunga," kata Suryamin.
Lebih lanjut, Suryamin menerangkan, dari 82 kota yang disurvei BPS mencatat terdapat 80 kota yang mengalami inflasi sementara 2 kota lainnya malah mengalami deflasi. "Inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 3,18 persen dan terendah di Pemantang Siantar 0,06 persen. Sedangkan, deflasi tertinggi terjadi di Merauke 0,65 persen," cetusnya.
Lebih lanjut, Suryamin mengungkapkan dari 26 kota yang diamati di Jawa, seluruhnya memiliki laju inflasi di bawah 1 persen. Sedangkan dari 23 kota yang diamati di Sumatera, 10 kota memiliki tingkat inflasi Juli di bawah 1 persen, dan sisanya di rentang 1 hingga 2 persen. "Artinya apa? Pengendalian harga di Jawa sudah cukup bagus," kata Suryamin.
Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi inflasi Juli 2015 sebesar 0,93 persen merupakan inflasi bulanan tertinggi yang akan dialami Indonesia sepanjang tahun ini. Dengan demikian sampai akhir tahun nanti, BPS meyakini angka inflasi bulanan akan lebih rendah dari angka tersebut.
"Dugaan kami (inflasi bulan Juli) ini yang tertinggi. 0,93 persen ini yang tertinggi," tutur Kepala BPS Suryamin dalam konferensi pers di kantornya, Senin (3/8). Menurut Suryamin, momentum bulan Ramadan dan perayaan Idul Fitri biasanya merupakan waktu di mana puncak inflasi terbesar terjadi. Hal itu tercermin dari tingginya pengeluaran untuk bahan makanan dan transportasi.
Tercatat, tingkat inflasi bahan makanan untuk Juli 2015 sebesar 2,02 persen dan memiliki andil sebesar 0,4 terhadap total inflasi Juli 2015. Sementara itu, kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan memiliki kontribusi sebesar 0,35 dari total inflasi Juli dengan tingkat kenaikan harga mencapai 1,74 persen.
Besarnya kontribusi sektor transportasi pada inflasi Juli disebut Suryamin sebagai akibat dari puncak arus balik dan mudik lebaran yang jatuh di bulan Juli. Hal itu terlihat dari andil tarif angkutan udara dan tarif angkutan pesawat. "Andil tarif angkutan udara itu 0,2 persen (terhadap inflasi Juli), bandingkan dengan 0,93 persen (besaran inflasi Juli), sudah berapa persen?” kata Suryamin.
Selanjutnya tarif angkutan antar kota kenaikan harganya rata-rata 11,8 persen dengan andil 0,1 persen. Sedangkan, tarif angkutan kereta api memiliki andil 0,02 persen dari total inflasi Juli. Selain karena periode lebaran telah lewat, Suryamin juga yakin puncak inflasi tahun ini jatuh di bulan Juli mengingat peningkatan kebutuhan karena periode tahun ajaran baru bagi Sekolah Dasar (SD) juga sudah tercakup di bulan Juli. Sedangkan pengaruh masuknya tahun ajaran baru untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi, menurut Suryamin, dampaknya tidak terlalu besar pada inflasi.
“Jadi kebutuhan-kebutuhan vital lainnya, yang biasanya hentakannya kencang untuk menaikkan harga, sudah tidak ada,” tutur Suryamin
No comments:
Post a Comment