Sunday, August 23, 2015

Omzet Pedagang Bakso Anjlok Hingga 85 Persen Karena Tingginya Harga Daging Sapi

Asosiasi Pedagang Mie dan Bakso (Apmiso) menyatakan, meroketnya harga daging sapi hingga Rp 120.000/kg berdampak sangat besar pada para pedagang bakso. Pasalnya, 85% bahan baku bakso adalah daging sapi. Kenaikan harga daging sapi otomatis meningkatkan biaya produksi bakso, mau tak mau para pedagang pun menaikkan harga jual bakso.

"Kenaikan harga daging sapi berefek langsung pada penjualan bakso karena 80-85% komponen bakso adalah daging, otomatis kita menaikkan harga," kata Ketua Apmiso, Trisetyo Budiman, saat dihubungi. Kenaikan harga bakso, sambungnya, menyebabkan omzet para pedagang pada umumnya menurun. Menurut perhitungan Apmiso, penurunan angka penjualan bisa mencapai 80%.

"Penurunan penjualan jelas, indikatornya warung bakso biasanya 15 hari bisa dapat (omzet) Rp 15 juta, sekarang jadi Rp 3 juta," Budiman menuturkan. Dampak lebih besar dirasakan oleh para pedagang bakso gerobakan. Dengan modal hanya Rp 600 ribu sampai 1 juta per hari, modal tukang bakso tergerus oleh mahalnya daging sapi.

"Yang hanya kecil-kecil, modalnya lama-lama bisa habis, nggak jualan lagi," ucapnya. Karena itu, pihaknya meminta pemerintah segera menstabilkan harga daging sapi untuk menyelamatkan puluhan ribu pedagang bakso di seluruh Indonesia. "Kita harus cari solusi untuk menolong anggota-anggota kita," tandasnya.

Seperti diketahui, harga daging sapi di pasar-pasar tradisional di Jakarta tak kunjung turun meski pasca lebaran. Rata-rata harga daging sapi di pasar mencapai Rp 120 ribu per kg, padahal saat lebaran lalu masih Rp 110 ribu per kg, dan Rp 90 ribu per kg dalam kondisi normal.

Lonjakan harga daging sapi terjadi pasca dikuranginya impor sapi bakalan pada kuartal III 2015. Tercatat pada kuartal I 2015 diterbitkan izin impor sapi bakalan sebanyak 100 ribu ekor, 250 ribu ekor pada kuartal II, dan 50 ribu ekor pada kuartal III.

Pengurangan impor ini dilakukan karena Kementerian Pertanian mengklaim bahwa stok di dalam negeri masih melimpah, sehingga akan merugikan peternak sapi di dalam negeri apabila dibuka impor lebih dari 50 ribu ekor sapi.

Mahalnya harga daging sapi ini membuat para pedagang resah dan akhirnya memutuskan untuk melakukan pemogokan pada 9-12 Agustus lalu sebagai aksi protes. Pasalnya, harga daging sapi yang terlampau mahal membuat omzet para pedagang turun. Harga daging sapi mulai berangsur turun dari Rp 120.000/kg menjadi Rp 110.000/kg. Pedagang mengaku, mereka menurunkan harga daging sapi karena diprotes pembeli.

Di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pedagang daging sapi, Dadi Sutisna menuturkan turunnya harga di feedlot belum diikuti turunnya harga di tingkat rumah potong hewan (RPH). "Dari RPH cuma turun Rp 1.000-2.000/kg. Saya belinya cuma turun jadi Rp 88.000/kg tadinya minggu lalu Rp 89.000/kg. Nggak sesuai lah sama harapan kita juga kemarin demo," ungkap Dadi. Pedagang mengaku berat menurunkan harga daging sapi jika kondisinya masih seperti ini. Namun karena takut dagangannya sepi, akhirnya dia menurunkan harga daging sapi Rp 10.000/kg, menjadi Rp 110.000/kg.

"Pembeli pada protes, itu di TV kata pemerintah harga udah turun murah jadi Rp 90.000/kg. Padahal harga segitu kan daging operasi pasar. Daripada nggak ada yang beli, lagi lesu ya kita turunin aja Rp 110.000/kg," tambah Dadi.  Harga itu pun masih dirasa kemahalan. Dadi mengaku, dari 60 kg daging yang dibawanya hari ini baru terjual 30 kg. "Biasanya jam segini udah abis, pembelinya masih sepi, ngeluh masih mahal," imbuhnya.

Pedagang lain mengeluhkan hal serupa, pembeli mengira harga langsung turun di tingkat pedagang pasar pasca pemerintah menekan perusahaan penggemukan sapi untuk menurunkan harga. Pembeli tahunya harga bisa langsung turun di kita (pedagang pasar). Padahal kita cuma dapat turun harga Rp 88.000/kg dari sebelumnya Rp 89.000/kg di RPH," ujar Maman.  Ia saat ini mengandalkan penjualan dari langganannnya. "Sekarang ngandelin langganan rutin katering sama rumah makan aja," imbuhnya.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman beberapa hari kemarin melakukan pertemuan dengan para pengusaha sentra penggemukan sapi (feedloter) di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta. Pertemuan tersebut menyepakati, di tingkat feedloter, harga daging sapi bobot hidup tak boleh lebih dari Rp 38.000/kg. Sebelumnya harga sapi bobot hidup di feedloter mencapai Rp 42.000-45.000/Kg.

Pemerintah juga belum menambah alokasi izin impor sapi bakalan triwulan III-2015 sebanyak 50.000 ekor. Namun pemerintah memang berencana akan membuka izin impor sapi 200.000-300.000 ekor periode triwulan IV-2015 untuk kebutuhan triwulan I-2016.

No comments:

Post a Comment