Otot rupiah masih lemas. Selasa (18/8/2015) pada pukul 14.05 WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot berada di level 13.855 per dollar AS. Itu artinya, rupiah melemah 0,5 persen dari level penutupan akhir pekan lalu di level 13.787 per dollar AS. Posisi itu merupakan level terendah dalam 17 tahun ini sejak krisis tahun 1998. Tercatat pada tanggal 17 Juni 1998, rupiah pernah berada di puncak rekor terlemah pada Rp 16.650 per dollar AS.
Pelemahan rupiah dipicu hari ini oleh data perdagangan Indonesia yang berada di bawah prediksi analis, di mana tingkat ekspor Indonesia turun 19,2 persen pada Juli dibanding tahun sebelumnya. Ini merupakan penurunan terbesar sejak Agustus 2012. Meski demikian, penurunan impor sebesar 28,4 persen menghasilkan neraca perdagangan Indonesia pada Juli mencatatkan surplus sebesar 1,3 miliar dollar AS.
Hasil survei Bloomberg menunjukkan, nilai tengah prediksi analis untuk ekspor sebesar 8,75 persen dan impor 13,25 persen. Sedangkan surplus neraca perdagangan merupakan yang terbesar sejak Desember 2013. "Dari segi perdagangan, data tersebut cukup buruk dan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih menjadi kecemasan besar. Hal ini semakin menambah bias pelemahan rupiah yang belakangan sudah terpukul penguatan dollar dan devaluasi yuan," urai Irene Cheung, currency strategist Australia & New Zealand Banking Group Ltd di Singapura
Siang tadi, nilai tukar rupiah sempat tembus level 13.855 per dollar AS. Posisi itu merupakan level terendah dalam 17 tahun ini sejak krisis tahun 1998. Tercatat pada tanggal 17 Juni 1998, rupiah pernah berada di puncak rekor terlemah pada Rp 16.650 per dollar AS. Bank Indonesia selaku stabilisator rupiah mengakui bahwa nilai tukar mata uang garuda tersebut sudah melebihi fundamentalnya.
Berbagai upaya pun dilakukan BI. Bank sentral Indonesia itu bahkan mengaku sudah melakukan upaya secara mati-matian agar rupiah tak terperosok lebih dalam. "Bank Indonesia itu sudah mati-matian menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Kami bilang kepada publik, BI itu terus berada di pasar, (yang berarti) kami lakukan stabilisasi," ujar Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo saat konferensi pers di Kantor BI, Jakarta, Selasa (18/8/2015).
Dia lebih lanjut mengatakan, upaya BI menjaga stabilitas rupiah itu berupa intervensi langsung ke pasar valas. Selain itu, BI juga melakukan pembelian surat berharga negara (SBN) guna menjaga nilai tukar. Hari ini, seusai rapat Dewan Gubernur, BI mengambil keputusan untuk memperkuat kebijakan moneter tersebut.
"Kami mengambil keputusan untuk memperkuat langkah-langkah kebijakan moneter untuk memperkuat juga nilai tukar rupiah. Ini kami lakukan karena menyadari bahwa tekanan-tekanan tujuan ini banyak yang terjadi dari eksternal. Saat ini, pergerakan rupiah sudah melebihi dari fundamentalnya," kata dia.
Sementara itu, Dewan Gubernur BI lainnya, Hendar, mengatakan bahwa pelemahan nilai tukar saat ini dapat berpengaruh terhadap inflasi. Meski begitu, BI, kata dia, akan tetap terus berada di pasar untuk menjaga nilai tukar rupiah.
No comments:
Post a Comment