Thursday, October 29, 2015

Daftar Jenderal TNI Yang Berhasil Meraih Kesuksesan Dalam Bidang Bisnis

Hidup baru dimulai di akhir usia 50-an. Itulah yang terjadi pada sejumlah pensiunan atau purnawirawan jenderal Tentara Nasional Indonesia. Sebab menanggalkan seragam dinas kemiliteran ternyata bukan akhir karier mereka. Begitu resmi menyandang status sebagai warga sipil di usia 58, para mantan perwira tinggi itu ramai dipinang konglomerat untuk didudukkan menjadi petinggi di perusahaan mereka.

Setelah Reformasi 1998, setidaknya tiga dari enam mantan Panglima TNI menjadi petinggi di beberapa perusahaan. Jenderal Purnawirawan Endriartono Sutarto misalnya saat ini menjabat sebagai Komisaris Utama Bank Pundi.  Sebelumnya ketika pensiun pada 2006, Endriartono terpilih menjadi Komisaris Utama Pertamina. Lepas dari Pertamina, menurut situs Bank Pundi, Endriartono pada Maret 2010 menjabat sebagai Ketua Komite Remunerasi dan Nominasi di bank yang didirikan tahun 1993 itu. Lima bulan kemudian, ia diangkat menjadi Ketua Komite Audit Bank Pundi.

Laksamana Purnawirawan Agus Suhartono mengikuti jejak Endriartono. Agus saat ini menjabat Presiden Komisaris PT Tambang Batubara Bukit Asam, perusahaan pelat merah yang bermarkas di Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Ada juga Marsekal Purnawirawan Djoko Suyanto, yang setelah menggantung seragam kemiliterannya, sempat menjadi komisaris independen di PT Adaro. Sampai saat dipilih menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan pada tahun 2009, barulah Djoko mundur dari perusahaan batu bara milik Edwin Soeryadjaya itu.

Tahun ini, usai tak lagi menjadi pejabat negara, Djoko kembali ke dunia usaha. Dia, sebagaimana tercatat pada situs PT Bursa Efek Indonesia, pada 17 Maret membuat surat pernyataan bersedia diangkat menjadi Presiden Komisaris dan Komisaris Independen PT Chandra Asri Petrochemical. Pada daftar riwayat hidup yang diunggah di situs PT Chandra Asri, Djoko juga tercatat pernah menjadi komisaris di PT Lestari Asri Jaya, perusahaan yang mengelola hutan tanaman industri dan berafiliasi dengan Barito Pasific Group milik Prajogo Pangestu.

Sesungguhnya tak hanya mantan panglima TNI yang berkarier di dunia usaha setelah berstatus purnawirawan. Mantan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Purnawirawan Subagyo Hadi Siswoyo, berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Biasa PT Berau Coral Energy tertanggal 29 Juni 2013, diangkat sebagai komisaris perusahaan itu.  Sekitar setahun kemudian, Juli 2014, Subagyo mundur dari PT Berau Coral Energy. Selanjutnya awal tahun ini ia dilantik Presiden Jokowi sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden.

Jenderal Purnawirawan Luhut Binsar Pandjaitan agak berbeda. Dia mendirikan sendiri perusahaannya, PT Toba Sejahtera, yang bergerak di bidang batubara dan pertambangan, minyak dan gas, pembangkit tenaga listrik, serta perkebunan dan kehutanan. Anak perusahaan Toba Sejahtera, PT Toba Bara Sejahtera, mengangkat mantan Kepala Staf Umum TNI Letnan Jenderal Purnawirawan Suaidi Marasabessy sebagai direktur utama.

Sementara Letnan Jenderal Purnawirawan Kiki Syahnakri yang mengakhiri pengabdiannya di TNI sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, saat ini menjabat Komisaris Utama Bank Artha Graha. Saat berbincang , Kiki mengatakan sempat juga menjabat sebagai Komisaris Utama PT International Timber Corporation Indonesia Kartika Utama.

"Setelah bisnis TNI AD direstrukturisasi, masih ada beberapa mantan perwira tinggi yang menjadi komisaris di perusahaan-perusahaan yang sahamnya pernah dimiliki Yayasan Kartika Eka Paksi,” ujar Kiki di Jakarta. Yayasan Kartika Eka Paksi yang disebut Kiki itu didirikan oleh para purnawirawan TNI Angkatan Darat pada era Soeharto. Nama yayasan diambil dari semboyan TNI AD, Kartika Eka Paksi, yang berarti “Burung perkasa dengan satu cita-cita mulia.”

Kecenderungan sejumlah mantan perwira tinggi TNI yang aktif di beberapa perusahaan, tak aneh di mata Kiki. Menurut dia, dari sekian banyak perwira tinggi TNI yang pensiun, yang memilih berkarier di dunia bisnis terhitung sedikit.  “Yang menjadi komisaris bisa dihitung dengan jari. Itu pun karena ada kepercayaan dari perusahaan,” ucap Kiki.

Fenomena jenderal di jajaran pejabat tinggi perusahaan tak hanya terjadi di Indonesia. Kiki menyebut mantan Panglima Angkatan Bersenjata Australia, Jenderal Sir Peter John Cosgrove.  Cosgrove yang saat ini menjadi penghubung Australia dan Kerajaan Inggris dengan status gubernur jenderal, sempat menjadi bagian dari direksi Qantas, maskapai penerbangan Australia.

“Mantan-mantan kepala staf angkatan darat Singapura juga menjadi CEO (chief executive officer) di pelbagai perusahaan,” kata Kiki.

Meski demikian, Direktur Eksekutif Imparsial Poengky Indarti justru mempertanyakan alasan sejumlah perusahaan menempatkan mantan perwira tinggi TNI di posisi vital bisnis mereka. “Apakah betul mereka mempunyai keahlian sesuai bidang yang digeluti perusahaan? Atau mereka justru dimanfaatkan perusahaan untuk memuluskan usaha melalui jalur tertentu seperti mengamankan pembebasan lahan atau mempermudah perizinan,” ujar Poengky. Jika kecurigaan-kecurigaannya benar, kata Poengky, maka sesungguhnya ada ketidakprofesionalan di situ.

“Purnawirawan jenderal dengan keahlian bertempur kok direkrut menjadi komisaris perusahaan tambang. Di sana ia akan bertempur dengan siapa?” ucap Poengky. Kiki berpendapat, ada dua hal yang membuat sejumlah pensiunan perwira tinggi TNI dilirik perusahaan-perusahaan, yakni kedisiplinan dan kepemimpinan.

Maka bagi para jenderal itu, new life begins at 58

No comments:

Post a Comment