Nilai tukar rupiah terus menunjukan tren penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dolar AS pagi tadi bahkan sempat menyentuh level Rp 13.200, bandingkan dengan pekan lalu yang mencapai Rp 14.600. Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Achmad Baiquni menjelaskan besarnya pengaruh penguatan rupiah bagi perbankan. Sehingga diharapkan penguatan rupiah ini masih terus berlanjut sampai menyentuh batas fundamental yang diperkirakan oleh Bank Indonesia (BI).
"Penguatan dolar berpengaruh, sangat berpengaruh. Memang kita harapkan rupiah itu levelnya sesuai fundamentalnya, dengan adanya penguatan itu kondisi ini berharap berlangsung terus sampai yang BI anggap itu sudah mencapai batas fundamental di angka berapa," ujarnya di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Kamis (15/10/2015)
Menurut Baiquni, dengan rupiah yang menguat, tentunya membantu kalangan industri di sektor ril. Khususnya yang mengandalkan produksi dari bahan baku impor. Karena bisa mengurangi beban biaya yang muncul saat pelemahan rupiah. "Kan kita ada nasabah di sektor ril, karena bahan bakunya impor, saat rupiah melemah tentu menaikkan ongkos produksi, nah itu kan menjadi beban bagi perusahaan. Kalau rupiah menguat itu bisa membantu mereka" terangnya.
Maka dengan demikian, pembayaran kredit dari perusahaan ke perbankan juga bisa lancar. Artinya perbankan bisa menjaga kredit bermasalah atau non performing loan pada level yang baik. Baiquni menyebutkan NPL bank berkode BBNI itu tahun ini diperkirakan sebesar 2,8%.
"Akhir tahun 2,8% untuk NPL," tegasnya. Selain penguatan rupiah, juga harus dijaga sisi kestabilan. Sebab, nilai tukar yang bergerak terlalu fluktuatif maka akan mempersulit dunia usaha untuk menentukan arah bisnisnya. Termasuk dalam berinvestasi atau ekpansi. "Kestabilan itu diperlukan setelah penguatan. Biar bisnis itu ketahuan arahnya," kata Baiquni.
No comments:
Post a Comment