Saturday, October 31, 2015

Semen Asal China dan Thailand Akan Serbu Pasar Indonesia

Siam Cement Group (SCG), salah satu perusahaan privat yang bergerak di industri semen, terbesar di Thailand, mulai mengepakkan sayap bisnisnya di Indonesia. Vice President – Regional Business SCG, Aree Chavalitcheewingul mengatakan, SCG membangun satu pabrik semen di Sukabumi, Jawa Barat dengan kapasitas produksi mencapai 1,8 juta ton per tahun. Pabrik yang dibangun sejak tahun 2013 itu pada September lalu sudah masuk tahap commissioning.

"Kami berharap mungkin bulan depan (November) sudah bisa commercial. Kapasitas pabrik 1,8 juta ton per tahun, atau sekitar 5.000 ton per hari," kata Aree saat berbincang dengan wartawan, di SCG Experience, Bangkok, Thailand, Kamis (29/10/2015). Untuk membangun pabrik ini, Aree mengatakan SCG merogoh kocek sekitar 365 juta dollar AS, atau sekitar Rp 4,9 triliun (kurs 13.500).

Dia bilang, hampir 100 persen sumber daya manusia yang bekerja di pabrik semen ini adalah masyarakat lokal. Saat ini, beberapa karyawan pabrik juga dilatih di Thailand, untuk transfer teknologi. "Sebenarnya, ketika kita mulai investasi di Asia, di manapun negaranya, satu hal yang paling penting adalah membangun manusia," kata Aree lagi.

Aree mengatakan, dari ketiga lini busnis yang dimiliki, divisi cement and building material merupakan yang terbesar dari segi investasi. Diikuti selanjutnya oleh divisi packaging, dan terakhir divisi chemical. Aree berharap, setelah dirilis, penjualan Semen Jawa - yang diproduksi di Sukabumi - akan maksimal sesuai kapasitas pabrik yakni 1,8 juta ton per tahun. Optimisme tersebut lantaran kualitas Semen Jawa sudah diujicoba. "Kami telah mengetes, kualitasnya bagus. Dan bahkan kalau Anda membandingkan dengan Holcim dan Tiga Roda, kualitas semen kami lebih unggul," kata Aree.

Aree menambahkan, selain semen, SCG juga telah menjual produk beton hasil akuisisi Jaya Mix. SCG juga tengah mengembangkan kerjasama pabrik gypsum dengan menggandeng mitra lokal, Wings Group, dengan komposisi kepemilikan 50:50. Investasi perusahaan di ASEAN nampaknya menjadi strategic SCG untuk menjadi pionir di bisnis semen.

Terbukti, tak hanya melakukan ekspansi di Indonesia, SCG juga sedang dalam tahap produksi ke-2 pabrik di Kamboja, dan tengah membangun pabrik semen di Myanmar dan Laos. Pabrik semen di Myanmar dan Laos akan mulai beroperasi masing-masing di tahun 2016 dan 2017. Pada kuartal-III 2015, SCG membukukan pendapatan penjualan sebesar Rp 43,455 milyar (3,146 juta dollar AS).

Angka ini turun 11 persen y-o-y dan turun 3 persen q-o-q, akibat turunnya harga produk kimia yang dipengaruhi oleh turunnya harga minyak mentah. Sementara, keuntungan perusahaan tercatat sebesar Rp 3,527 triliun (255 juta dollar AS), naik 15 persen y-o-y dari marjin keuntungan produk kimia yang terus naik walau terdapat kerugian stok (stock loss) sebesar Rp 846 milyar (61 juta dollar AS).

SCG juga berniat meningkatkan investasi R&D menjadi Rp 2,619 triliun (198,673 juta dollar AS) di tahun 2016 dan Rp 3,245 triliun (246,118 juta dollar AS) di tahun 2017. Satu lagi produsen semen skala besar meramaikan pasar Indonesia. Mengusung merek Conch yang digadang-gadang sebagai nomor satu di China, PT Conch Cement Indonesia (CCI) berniat memproduksi 10 juta ton semen per tahun di Indonesia.

Untuk mewujudkan hal itu, Conch membangun dan mengembangkan lima proyek produsen semen di lima kota di Indonesia sejak masuk ke Tanah Air pertengahan 2011, antara lain di Manokwari Papua Barat, Maros Sulawesi Selatan, dan Merak Banten. Kemudian pabrik di Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan yang sudah mulai produksi dua bulan belakangan ini.

“Satu proyek lainnya belum bisa kami ungkapkan (rahasiakan),” kata Sales Representatives PT Conch South Kalimantan Cement (CSKM) Ihan M Palla.  CSKM merupakan anak usaha CCI. Ihan mengungkapkan, pabrik di Tanjung Tabalong menjadi yang pertama selesai pada September 2014, lalu beroperasi dua bulan belakangan ini.  Investasi CSKM mencapai 500.000 dollar AS dengan kapasitas produksi 30.000 ton per hari. Rencananya kapasitas produksi akan dikembangkan menjadi dua kali lipatnya. “Target Tabalong 2 juta ton satu tahun,” kata Ihan.

Pabrik CSKM mengambil cadangan kapur di Desa Saradang Kecamatan Haruwai, 9 Km dari pabrik. Cadangan kapur di lokasi tersebut diperkirakan bisa mencapai 60 tahun.  Menyusul kemudian pembangunan pabrik di Kampung Meruni, Manokwari, Papua. Dibangun sejak Januari 2014, pabrik Manokwari ditarget mulai produksi pada tiga tahun ke depan. Pabrik Manokwari dirancang mampu memproduksi 2 x 32.000 ton per hari. “Saat ini masih 20 persen tahap pembangunan. (Proyek) Yang lain sedang pematangan lahan,” kata Ihan.

Conch merupakan kelompok bisnis besar di China yang menangani material terbesar. Di China, bisnis semennya mampu memproduksi dan memasarkan puluhan juta ton. Atasi Kelangkaan  Kehadiran pabrik di daerah diyakini akan mempengaruhi harga semen di pasar. Misal pabrik Tabalong di Kalsel. Dekatnya pasar dengan pabrik dan jalur distribusi darat lintas provinsi bakal mempengaruhi harga semen di pasaran.  “Kita ingin seperti China, semen murah kualitas tinggi. Biar daera cepat terbangun. Jangan sampai ada lagi kelangkaan semen,” kata Direktur Operasional CV Semen Berkat Jaya, Halim Wardhana, agen tunggal Conch di Kaltim.

Halim mengatakan, harga dari tingkat agen saja kurang dari Rp 70.000 untuk sak 50 Kg. Harga ini tentu akan bersaing dengan harga semen di Kaltim di rentang Rp 70.000-80.000. Kehadiran Conch nanti di Papua juga diyakini akan mempengaruhi harga pasar. Harga semen ukuran 40-50 Kg bisa mencapai Rp 125.000 untuk kawasan kota dan Rp. 800.000 – 1.000.000 per sak untuk kawasan yang lebih jauh. “Harga bisa turun saat kita bisa memproduksi di Papua nanti tiga tahun dari sekarang,” kata Ihan.

Selain memengaruhi harga, pembangunan pabrik di daerah akan mengatasi kesulitan semen di waktu-waktu tertentu. Awal 2015 ini, harga semen sempat melonjak tinggi di Kaltim lantaran sempat sulit dicari. Ihan mengatakan, kelangkaan semen di bumi Kalimantan sebenarnya lebih pada faktor distribusi. Pembangunan infrastuktur dan properti di Kalimantan kebanyakan mengandalkan semen dari Sulawesi, Jawa, dan Sumatera. “Ketika ada kendala cuaca, (semen yang dikirim) tidak segera bisa sandar. Pengiriman menjadi kendala,” kata Ihan. Kini hal itu bisa disiasati. Distribusi semen Conch hanya ditempuh oleh jalur darat untuk wilayah Kalimantan. “Distribusinya akan lebih cepat, tidak terhambat,” katanya.

No comments:

Post a Comment