Bank Central Asia Tbk (BCA) meraup laba bersih Rp 13,4 triliun selama Januari -September 2015. Laba perseroan naik 9,6 persen dibandingkan dengan perolehan periode yang sama tahun lalu (year on year) Rp 12,2 triliun. Sekretaris Korporat BCA, Inge Setiawati mengungkapkan peningkatan laba itu ditopang dari sisi operasional, di mana nilai pendapatan yang dibukukan lebih besar dibandingkan dengan beban usaha.
Pendapatan operasional BCA tercatat tumbuh 13,9 persen dalam sembilan bulan terakhir, setelah menyumbang Rp34,4 triliun. Sementara itu, beban operasional perseroan selama Januari-September 2015 melonjak 20,5 persen menjadi Rp 16,07 triliun. "Pendapatan operasional itu terdiri dari total pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya," jelas Inge dalam paparan kinerja kuartal III BCA di Jakarta, Rabu (28/10).
Sementara dari sisi pendanaan, Inge mengungkapkan akumulasi dana pihak ketiga (DPK) meningkat 7 persen menjadi Rp 462,3 triliun. Sementara komposisi dana murah (CASA) berkontribusi sebesar 76,5 persen dari total DPK, dengan mencatatkan Rp 353,8 triliun atau naik 7,5 persen dibandingkan dengan Januari-September 2014.
Apabila dirinci dana CASA BCA, dana giro tumbuh sebesar 7,9 persen menjadi Rp 114,7 triliun, dana tabungan naik 7,2 persen menjadi Rp 239,1 triliun, dan dana deposito naik 5,6 persen menjadi Rp 108,5 triliun. Perseroan juga mencatatkan kenaikan total aset sebesar 8,7 persen menjadi Rp 584,4 triliun per akhir kuartal III 2015 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 571,6 triliun.
Dari sisi kredit, Inge menyebutkan total penyalurannya (outstanding) mencapai Rp 364,8 triliun pada akhir September 2015 atau naik 10,3 persen. Kredit korporasi, lanjutnya, menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit BCA dengan realisasi sebesar Rp 126,1 triliun atau naik 12 persen. Selanjutnya, kredit komersial dan UKM tumbuh 9,3 persen menjadi Rp 140,4 triliun dan kredit konsumer meningkat 9,8 persen menjadi Rp 98,5 triliun.
"Dalam portofolio kredit konsumer, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) mencatat pertumbuhan sebesar 9,5 persen yoy menjadi Rp 58 triliun, Kredit Kendaraan Bermotot (KKB) naik 10,6 persen secara yoy menjadi Rp 31,6 triliun dan kartu kredit tumbuh 8,8 persen yoy menjadi Rp 8,9 triliun," ujar Inge.
Selanjutnya, tingkat kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) tercatat sebesar 0,7 persen per September 2015, dengan rasio cadangan kerugian kredit sebesar 285,4 persen. Adapun rasio kredit terhadap pendanaan (Loan to Fund Ratio/LFR) tercatat sebesar 78,1 persen, sedangkan rasio kecukupan modal (capital to asset rasio) sebesar 19,2 persen.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan perseroan menyambut positif komitmen pemerintah mendorong perekonomian melalui paket kebijakan ekonomi. Namun, ia melihat masih ada risiko kredit bermasalah yang bisa memberikan tekanan terhadap profitabilitas BCA di masa depan.
"Untuk itu, pengawasan aktif terhadap kualitas aset, penyaluran kredit yang berhati-hati, penguatan posisi permodalan dan pengetatan beban operasional, akan menjadi prioritas utama guna mempertahankan hasil kerja yang positif," tutur Jahja.
No comments:
Post a Comment