Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mencatat jumlah ekspor sepeda motor ke Eropa naik 440 persen sepanjang tahun ini jika dibandingkan dengan realisasi ekspor ke benua biru pada 2014 sebanyak 42 ribu unit. Oleh karena itu tidak heran jika Ketua Umum AISI Gunadi Sindhuwinata mengungkapkan para produsen sepeda motor dalam negeri saat ini menjadikan Eropa sebagai target pasar yang strategis di tengah lesunya penjualan di dalam negeri. Bahkan, Gunadi mengaku optimistis pertumbuhan ekspor sepeda motor ke Eropa bisa menyentuh angka 1.000 persen pada 2019.
"Dari mana ini terjadi? Sebetulnya sepeda motor ini pasar tradisionalnya negara-negara maju, yang kebetulan pasarnya juga terbatas," ujar Gunadi di Istana Kepresidenan, kemarin. Gunadi menjelaskan, saat ini terjadi perubahan tren permintaan sepeda motor di Eropa. Di mana para pengguna yang tadinya gemar membeli sepeda motor dengan kapasitas 250 cc ke atas, saat ini justru lebih memilih sepeda motor kecil yang notabene menjadi produksi utama di Indonesia.
"Dan lagi di negara-negara maju kalau mengeluarkan uang US$ 1.000 untuk membeli sepeda motor itu tidak ada artinya. Jika ini terjadi, maka perkembangan pasar di Eropa untuk sepeda motor kecil di Jerman, Inggris, Belanda, dan lain-lain itu cukup menggembirakan," kata dia. Tak hanya itu, Gunadi menuturkan, volume ekspor produsen dalam negeri ke Jepang dan wilayah Pasifik lainnya juga masih terbilang bagus, sehingga anggota AISI akan tetap mengejar penjualan ekspor ke negara-negara itu.
Secara kumulatif, total penjualan motor nasional selama periode Januari-Agustus 2015 sebanyak 4,21 juta unit. Kendati lonjakan penjualan terjadi pada Agustus lalu, secara keseluruhan pasar otomotif nasional masih negatif 26,7 persen dibandingkan dengan penjualan periode yang sama tahun lalu 5,34 juta unit.
AISI sendiri sudah dua kali merevisi turun target penjualan kendaraan roda dua di Indonesia tahun ini. Awalnya, asosiasi optimistis para anggotanya dapat menjual sampai 7,7 juta unit. Lalu diturunkan menjadi 6,7 unit, dan terakhir Gunadi memperkirakan penjualan hanya akan menyentuh 6,1 juta-6,2 juta unit. Rendahnya daya beli masyarakat membuat permintaan sepeda motor dan produk otomotif lainnya anjlok tahun ini.
Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) memprediksi jumlah ekspor pada tahun depan dapat tumbuh hingga dua kali lipat karena potensi besar di pasar Eropa yang mulai melirik penggunaan sepeda motor dengan kapasitas mesin yang kecil. Ketua Umum AISI Gunadi Sindhuwinata mengatakan penjualan ekspor akan tumbuh terus setiap tahun dan bisa mencapai dua kali lipat. Ia menjelaskan, hal itu karena adanya pasar baru, harga yang kompetitif dan model yang cukup atraktif dan ini alternatif baru bagi mereka.
“Tahun lalu ekspor sekitar 41 ribu unit. Sementara tahun ini bisa mendekati 100 ribu unit,” ujarnya dalam acara silaturahmi Lebaran di rumah dinas Menteri Perindustrian, Jakarta, Jumat (17/7). Ia mengungkapkan, pihaknya bersyukur bisa masuk ke pasar yang baru yaitu di benua Eropa. Di benua tersebut, menurutnya pasar yang potensial adalah Jerman, Belanda dan Inggris. Menurutnya, keberhasilan ekspor ini karena perpindahan pola pasar yang secara tradisional menyukai motor besar, ke sepeda motor kecil.
“Karena untuk keperluan sehari-hari lebih mudah (sepeda motor kecil). Lagipula buat mereka enteng saja, artinya dengan uang sekitar 1.000 euro sudah bisa mendapatkan motor,” jelasnya. Kendati demikian, karena pasar domestik yang lesu, AISI kembali merevisi target penjualan pada tahun ini. Penyebabnya daya beli masyarakat yang kian meredup dan kebijakan pelonggaran uang muka kredit yang dinilai tidak berdampak signifikan. Padahal, sebelumnya AISI udah merevisi target penjualan tahun ini dari awalnya 7,7 juta unit, menjadi 6,7 juta unit saja. "Tahun ini kami perkirakan hanya sampai 6,1 sampai 6,2 juta unit saja untuk penjualan. Hal itu turun dari target awal 7,7 juta unit pada tahun ini," ujarnya.
Terkait adanya pelonggaran kredit melalui penurunan besaran uang muka, Gunadi mengatakan hal itu tidak berdampak signifikan. Masalahnya, uang muka yang turun membuat cicilan malah bertambah besar, jika tenggat pinjaman tidak diperpanjang. "Karena uang muka hanya turun menjadi 15 persen dari 20 persen, hal tidak berarti. Karena bagaimanapun juga konsumen tetap harus membayar cicilan tiap bulan. Sedangkan industri pembiayaan tidak bisa memperpanjang tenggat untuk kredit, misalnya dari tiga tahun menjadi lima tahun, karena mereka takut kredit macet naik," ujar Gunadi.
Senada, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pemberdayaan Daerah dan Bulog, Natsir Mansyur mengatakan, pasca Lebaran daya beli masyarakat diprediksi bakal kembali melemah. Hal itu karena tidak ada faktor penggerak ekonomi yang cukup signifikan. Masih lesunya penjualan sepeda motor di dalam negeri, membuat Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia AISI makin fokus melihat peluang ekspor sepeda motor. Ketua Umum AISI Gunadi Sindhuwinata mengatakan saat ini terjadi pergeseran perilaku konsumen di negara-negara maju yang lebih menggemari sepeda motor ukuran kecil.
"Belakangan juga ada tren yang aneh. Biasanya negara maju konsumsi motor besar jadi andalan, tapi tren baru yang terjadi adalah banyak negara-negara maju seperti Jerman dan Inggris yang minta motor kecil layaknya hasil produksi kita," tutur Gunadi di Jakarta, Senin malam (29/6). Ia mengatakan bahwa tren ini muncul pasca diadakannya pameran sepeda motor di kota Köln, Jerman. Gunadi sendiri terkejut akan adanya tren baru ini mengingat Indonesia cuma bisa memproduksi motor ukuran kecil yang biasanya hanya terserap oleh negara-negara miskin.
"Saya pikir ini tren yang rasional, kalau motor besar kan dipakai untuk touring tapi motor kecil bisa dipakai untuk lingkungan lebih terbatas. Dengan adanya tren ini, kami yakin realisasi ekspor sepeda motor bisa melebihi target yang kami tetapkan tahun ini," tambahnya.
Melihat data Januari hingga April 2015, ekspor sepeda motor tercatat di angka 55.541 unit, atau naik sebesar 613,16 persen dibanding angka periode pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar 7.788 unit. Ekspor sepeda motor Yamaha, memiliki porsi terbesar yaitu sebanyak 36.757 unit, atau sebesar 66,29 persen dari ekspor sepeda motor secara keseluruhan.
Pada tahun 2015, AISI sendiri menargetkan ekspor sepeda motor sebesar 80 ribu unit. Dengan kata lain, realisasi ekspor pada empat bulan pertama 2015 telah mencapai 69,43 persen dari target asosiasi hingga akhir tahun. "Hingga akhir tahun, kami perkirakan ekspor sepeda motor kita bisa dua kali lipat lebih besar dari target semula. Kalau pemerintah punya target peningkatan ekspor sebesar 300 persen beberapa tahun ke depan, kami yakin ekspor sepeda motor bisa lebih besar dari itu," kata Gunadi.
“Pokoknya setelah lebaran ini semua anjlok. Penjualan mobil, motor, dan ritel turun, juga lainnya. Ya naik ini hanya karena Lebaran saja, habis itu pasti turun lagi,” ujarnya.
No comments:
Post a Comment