Perlambatan ekonomi ditambah persaingan yang kian ketat membuat laju kinerja perusahaan pelat merah, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk tertekan sepanjang sembilan bulan di 2015. Perseroan mencatatkan laba bersih senilai Rp 3,2 triliun sampai kuartal III 2015, turun 21,6 persen dari Rp 4,08 triliun periode yang sama 2014.
Direktur Utama Semen Indonesia Suparni mengatakan menurunnya pertumbuhan ekonomi di Semester I 2015 juga berpengaruh terhadap konsumsi semen dalam negeri, yang mengalami kontraksi sebesar 0,9 persen atau 42,58 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 42,99 juta ton.
“Sementara itu harga jual juga mengalami tekanan karena meningkatnya persaingan pasar dengan masuknya beberapa pemain baru industri semen, baik global maupun lokal di Indonesia,” ujarnya di Jakarta, Kamis (29/10). Ia menjelaskan, total volume penjualan konsolidasi Semen Indonesia hingga September 2015 mencapai 20,19 juta ton. Penjualan konsolidasi tersebut, lanjutnya, mengalami penurunan sebesar 1,9 persen dari 20,69 juta ton pada periode yang sama 2014.
Hal tersebut membuat pendapatan perseroan turun menjadi Rp 19,11 triliun sampai September 2015, dibandingkan perolehan pendapatan periode yang sama tahun lalu Rp 19,35 triliun. “Volume penjualan tersebut volume penjualan semen dalam negeri yang mencapai 18,27 juta ton atau turun 3,5 persen dari periode yang sama tahun lalu 18,92 juta ton. Sementara volume penjualan ekspor perseroan tercatat 697,56 ribu ton atau meningkat 47,5 persen dari 472,92 ribu ton,” jelasnya.
Penderitaan Semen Indonesia tidak berhenti di nilai pendapatan yang berkurang. Sebab Suparni mengatakan beban pokok pendapatan sebesar Rp 11,6 triliun mengalami kenaikan 6,5 persen dibandingkan periode yang sama 2014 sebesar Rp 10,9 triliun.
“Penurunan laba dipengaruhi oleh kenaikan beban pokok sebesar 6,5 persen antara lain kenaikan tarif listrik, beban penyusutan karena mulai beroperasinya beberapa fasilitas baru, beban raw material, nilai kurs yang berdampak kepada biaya pemeliharaan dan packaging, serta kenaikan beban distribusi,” jelasnya.
Kendati mengalami penurunan penjualan hingga September 2015, Suparni menyatakan perseroan optimistis kinerja penjualan semakin membaik pada kuartal IV 2015 hingga tahun depan karena banyaknya proyek infrastruktur yang mulai dikerjakan. “Mulai Agustus 2015 kami mencatat kenaikan volum penjualan dalam negeri yang cukup signifikan. Tren kenaikan ini terus berlanjut hingga hari ini,” kata Suparni.
Sejak Agustus 2015, unit produksi perseroan baik di Padang, Gresik dan Tonasa mulai mencapai utilisasi maksimal. “Kami mulai memasok beberapa proyek infrastruktur baik yang dikerjakan oleh pemerintah maupun swasta di seluruh wilayah pemasaran kami, antara lain proyek jalan tol, bendungan, properti, dan proyek lainnya,” jelas Suparni
No comments:
Post a Comment