PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) mencatat laba bersih setelah pajak Rp 1,9 triliun untuk sembilan bulan pertama tahun 2015. Laba itu turun 9,5% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu Rp 2,1 triliun. Sedangkan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, labanya masih tumbuh 14%. Bank swasta itu sudah menerapkan berbagai perubahan untuk peningkatan kinerja.
"Kami telah menerapkan beberapa perubahan pada awal tahun ini untuk meningkatkan kinerja bisnis kami. Perubahan-perubahan ini menunjukkan hasil yang menjanjikan, meskipun masih pada tahap dini," kata Chief Financial Officer dan Direktur Danamon, Vera Eve Lim, dalam siaran pers, Senin (26/10/2015).
Vera menambahkan, Danamon sedang menjalankan beberapa inisiatif untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya dana. "Terutama, kami sedang berfokus terhadap peningkatan jangkauan dan kualitas layanan nasabah dengan melakukan restrukturisasi pada jaringan layanan dan penjualan kami," kata Vera. Danamon mencatatkan beberapa peningkatan pada kuartal ketiga 2015 dibandingkan dengan kuartal kedua. Peningkatan tersebut termasuk pertumbuhan laba bersih setelah pajak sebesar 14% pada kuartal ketiga dibandingkan pada kuartal kedua menjadi Rp 643 miliar.
Rasio biaya terhadap pendapatan (Cost-to-income) membaik dari 54,6% pada kuartal kedua menjadi 51% pada kuartal ketiga. Selisih bunga bersih (net interest margin) tumbuh dari 7,8% pada kuartal kedua menjadi 8,3% pada kuartal ketiga yang disebabkan oleh turunnya biaya dana.
Pada sembilan bulan pertama tahun 2015, kredit untuk segmen usaha kecil dan menengah (UKM), komersial, dan korporat tumbuh dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, pertumbuhan tersebut diimbangi oleh penurunan kredit di segmen mass market, terutama pada segmen usaha mikro dan pembiayaan otomotif.
Dengan demikian kredit secara keseluruhan turun 4% menjadi Rp 133,6 triliun pada sembilan bulan pertama tahun 2015 dari Rp 139 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Kredit pada segmen UKM tumbuh 7% menjadi Rp 22,6 triliun dari Rp 20,1 triliun. Kredit pada segmen komersial tumbuh 5% menjadi Rp 16,2 triliun dari Rp 15,4 triliun. Kredit pada segmen korporat tumbuh 5% menjadi Rp 18,3 triliun dibandingkan Rp 17,4 triliun.
Kredit yang mengalami penurunan adalah pada segmen usaha mikro dan pembiayaan kendaraan. Kredit kepada usaha mikro melalui Danamon Simpan Pinjam (DSP) berada pada Rp 16,1 triliun atau turun 18% dari Rp 19,6 triliun pada tahun lalu. Pembiayaan kendaraan dan barang konsumen melalui Adira Finance turun 7% menjadi Rp 47,6 triliun dibandingkan Rp 51,1 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Pada sembilan bulan pertama 2015, giro dan tabungan (CASA) Danamon berkontribusi sebesar 45% dari total dana pihak ketiga, dibandingkan 43% pada periode yang sama tahun lalu. CASA tumbuh 5% menjadi Rp 53 triliun dari Rp 50 triliun pada tahun lalu. Deposito menurun 4% menjadi Rp 63,2 triliun. Tumbuhnya komposisi CASA mengakibatkan penurunan pada biaya dana (cost of funds) menjadi 6% dibandingkan 6,4% pada periode yang sama tahun lalu.
"Rasio kredit bermasalah (gross nonperforming loans) berada pada level 3,0%. Angka ini masih di bawah batas maksimum regulator yaitu 5%,” kata Vera.Ratio kredit terhadap total pendanaan (loan to funding ratio/LFR) berada pada posisi 91,1% dibandingkan dengan 91,3% pada periode yang sama tahun lalu. LFR Danamon masih di bawah batas yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu 94%. Rasio kecukupan modal Danamon (capital adequacy ratio/C)
No comments:
Post a Comment