Pemerintah Timor Leste hendak memutus kontrak kerja sama dengan Artha Graha Group. Hal ini terkait realisasi pembangunan gedung 23 lantai yang belum dilakukan sejak kontrak dimulai pada 2013. "Kalau tidak segera membangun, kami akan mematikan kontrak," kata Jaime Xavier, Menteri Agraria dan Pertanahan Timor Leste, pada Kamis, 15 Oktober 2015.
Jaime mengatakan, sejak peletakkan batu pertama pada 2014, pihak AGG belum memulai pembangunan. "Kami memberikan peringatan kepada AGG terlebih dahulu, karena sudah lama sekali mereka mau membangun hotel 23 tingkat," katanya. Banyak investor dari dalam negeri maupun luar, menurut Jaime, membutuhkan lahan di Timor Leste untuk membangun bisnis. Untuk itu, pemerintah Timor Leste berniat mengambil kembali lahan yang sebelumnya dibebaskan untuk Artha Graha Group. "Lahan yang sudah dibebaskan ini mau diberikan ke perusahaan lain."
Rencana mengambil alih lahan tersebut juga tak lepas dengan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak pemerintah Timor Leste dan Artha Graha Group. "Ada satu pasal, dalam jangka waktu 6 bulan belum ada pembangunan maka pemerintah akan ambil lahan tersebut," kata Jaime. Saat ini, kata Jaime, surat peringatan belum diberikan karena harus konsultasi dengan Menteri Pembangunan. "Sementara ini masih proses karena kami lihat dulu berkasnya."
Perwakilan Permata Kusuma Jaya Lda, Victor Fong, mengatakan proses pembangunan gedung tertinggi di Timor Leste menghadapi beberapa kendala. Akibatnya, proyek gedung ini belum bisa direalisasi. “Untuk membangun gedung yang begitu mewah dan tertinggi dibutuhkan proses yang terkait dengan sejumlah kementerian dan proses investasi. Jadi, tidak hanya terkait dengan satu kementerian,” ujar Victor.
Victor, yang merupakan perwakilan dari investor (Artha Graha Group) pembangunan gedung tersebut, menyampaikan hal ini sebagai respons atas pernyataan pemerintah Timor Leste melalui Menteri Agraria dan Pertanahan Jaime Xavier. Xavier mengatakan hendak memutus kontrak kerja dengan Artha Graha Group. Hal ini terkait dengan realisasi pembangunan gedung 23 lantai yang belum dilakukan sejak kontrak dimulai pada 2013. "Kalau tidak segera membangun, kami akan mematikan kontrak," kata Xavier.
Menurut dia, salah satu kendalanya adalah negosisasi dengan pemerintah Timor Leste. Pihaknya sedang dalam proses negosiasi Special Investment Agreement (SIA) dengan pemerintah yang melibatkan sejumlah kementerian sehingga memang membutuhkan waktu. “Pararel dengan itu, kami terus menyiapkan kerja sama investasinya,” tuturnya.
Ia mengatakan pihaknya melakukan investasi di Timor Leste adalah sebagai wujud kerja sama dan persahabatan di antara kedua negara yang telah dibicarakan oleh masing-masing kepala negara. Victor menambahkan, “Investasi ini semoga menjadi lambang persahabatan yang baik antara Indonesia dan Timor Leste.”
No comments:
Post a Comment