PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) pada kuartal III-2015 mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 0,9% menjadi Rp 14,6 triliun. Hal ini disebabkan, Bank Mandiri memperbesar alokasi dana pencadangan hingga 160%. "Laba bersih Bank Mandiri hingga September 2015 mencapai Rp 14,6 triliun. Laba tumbuh 0,9% dibanding September 2014 sebesar Rp 14,4 triliun. Margin Bank Mandiri tumbuh hanya 0,9% karena kami memperbesar alokasi dana pencadangan sampai 160%," ungkap Direktur Utama Bank Mandiri Budi G. Sadikin, dalam Paparan Publik Laporan Keuangan Triwulan III/2015 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (29/10/2015).
Alokasi pencadangan Bank Mandiri naik 126,4% dari September 2014 menjadi 160% pada triwulan III-2015. Budi menjelaskan, Bank Mandiri lebih memilih langkah meningkatkan fee based income daripada meningkatkan aset. "Cadangan bank only kita mau 160%. Kenapa? kita bisa saja turunin ke 130% kalau kita mau, supaya penilaian bagus. Kebijakan itu kita nggak ambil. Kita lebih baik konservatif memilih celengannya besar," jelas Budi.
Fee based income Bank Mandiri secara year on year hingga September 2015 tumbuh 20,8%. Dari sisi costtumbuh 20% year on year hingga September 2015. Sehingga laba pun tipis. Dari sisi penyaluran kredit, hingga akhir September 2015, Bank Mandiri mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp 560,6 triliun atau tumbuh 10,7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Laba Bank Mandiri tumbuh tidak sampai satu digit selain disebabkan karena besarnya dana pencadangan, menurut Budi karena banyak nasabah kinerjanya belum baik."Pencadangan juga dimaksudkan untuk berjaga-jaga pemburukan kualitas nasabah di kuartal IV nanti," tambah Budi.
Penghimpunan dana pihak ketiga menjadi Rp 654,6 triliun pada September 2015 dari Rp 590,9 triliun pada September 2014. Dari jumlah tersebut, total dana murah yang berhasil dikumpulkan Bank Mandiri mencapai Rp 415,9 triliun atau tumbuh 15% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Volatilitas nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS yang terjadi sepanjang September-Oktober 2015, kata Budi, membawa keuntungan tersendiri bagi Bank Mandiri.
"Swap dolar ke rupiah sepanjang September sampai Oktober sempat naik tinggi. Bank yang punya rupiah banyak, maka bisa ambil fee based income dari sana. Itu terjadi tidak sampai seminggu hanya tiga hari. Kalau terjadi lagi ke depan volatititas dari sisi kurs maka bank-bank besar bisa dapat fee based incomebesar," imbuh Budi.
Ada pun, penyaluran kredit berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan penyaluran terbesar dari sisi nominal adalah kredit ke industri pengolahan yang naik Rp 16,2 triliun dari Rp 96,1 triliun pada September 2014 menjadi Rp 112,3 triliun pada September tahun ini.
"Dalam kondisi ekonomi yang kurang mendukung, kita tetap bisa tumbuh. Kita mencoba recovery kredit yang sudah lay off dan pencadangan terus kita pupuk. Ekuitas kita mencapai Rp 113 triliun dan tetap menjadi yang terbesar. Itu membuat CAR kita jauh di atas requirement, sangat kuat menghadapi guncangan ekonomi," jelas Kartiko Wirjoatmojo, Direktur Finance and Strategy Bank Mandiri.
Selain itu, kata Kartiko, di tengah situasi perekonomian yang melambat, pertumbuhan kredit mikro dan UMKM justru menjadi yang paling besar di antara segmen lainnya. Bank Mandiri telah menyalurkan kredit ke sektor UMKM sebesar Rp 72,7 triliun pada triwulan III-2015 atau naik 4,1% dibanding tahun lalu. Bank Mandiri juga terlibat dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) 2015 dengan total penyaluran KUR sebesar Rp 18,5 triliun.
Di sisi aset, sampai akhir Septenber 2015 mencapai Rp 905,8 triliun atau tumbuh 13,5% dibanding total aset pada September 2014 sebesar Rp 798,2 triliun. Budi mengharapkan, kinerja triwulan IV bisa lebih baik dan mampu mencatatkan laba lebih tinggi. "Harapannya triwulan IV laba masih bisa naik karena kredit kita bisa terus naik. Volume kredit naik, efisiensi kita jaga. Kita masih bisa tumbuh single digit," ucap Budi.
No comments:
Post a Comment