Thursday, October 15, 2015

Sektor Jasa Keuangan Indonesia Masih Kalah Dibandingkan Negara di ASEAN

ingga saat ini, Indonesia masih menjadi negara terbesar yang menjadi pendorong ekonomi kawasan ASEAN. Dengan nilai PDB mencapai US$ 888,5 miliar di 2014, PDB Indonesia mencapai 36% dari seluruh PDB di kawasan ASEAN.  Dari aspek jumlah penduduk, Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa juga merupakan negara dengan pasar terbesar dengan sekitar 40% dari jumlah penduduk ASEAN.

Sayangnya, jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, sektor jasa keuangan Indonesia masih terbilang minim. "Di sisi sektor jasa keuangan, dapat saya sampaikan bahwa dibandingkan dengan beberapa negara tetangga di ASEAN, size sektor jasa keuangan Indonesia masih relatif kecil dibandingkan PDB," kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad saat acara OJK Forum 'Peluang dan Tantangan Industri Jasa Keuangan dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN', di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (12/10/2015).

Di industri perbankan, total asset perbankan Indonesia dibandingkan bank-bank besar di ASEAN (Singapura, Malaysia, Thailand) masih relatif kecil.  Sebagai contoh, total asset Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia hanya mencapai Rp 888 triliun, jauh di bawah DBS Bank, May Bank atau Krung Thai yang masing-masing mencapai Rp 5.970 triliun, Rp 2.331 triliun dan Rp 1.162 triliun.

Perbankan Indonesia lebih resilient dibanding negara ASEAN 5 lainnya, ditopang dengan tingginya CAR yang cenderung meningkat tiap tahunnya.  Nilai CAR perbankan Indonesia pada Semester I-2015 mencapai 20,3%, lebih tinggi dari Malaysia yang mencapai 14,9% dan Thailand yang mencapai 16,5%.

Hal ini menunjukkan kapabilitas Perbankan Indonesia untuk mendukung ekspansi dan meng-cover risiko lebih baik.  Sementara itu, dilihat dari sis rentabilitas, kemampuan perbankan Indonesia dalam menghasilkan laba relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN 5 lainnya.  Rasio Return On Asset (ROA) perbankan Indonesia di Semester I-2015 mencapai 2,3%, lebih tinggi dari Thailand atau Fillipina yang nilainya masih di bawah 2%.

Hal tersebut secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pasar potensial bagi perbankan negara lain untuk melakukan ekspansi bisnisnya.  Dari sektor pasar modal, setelah bersama-sama dengan negara ASEAN lainnya mengalami tekanan cukup dalam, pada Oktober 2015 ini situasi pasar saham di negara kawasan ASEAN termasuk Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup bagus seiring dengan penguatan bursa global dan regional.

"Kita sempat menjadi salah satu yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi di ASEAN yaitu pada tahun 2014, IHSG tumbuh sebesar 22,3% dan saya meyakini pada periode ke depan Industri Pasar modal kita masih memiliki peluang yang cukup besar untuk mencatatkan pertumbuhan yang bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya," jelas Muliaman.

No comments:

Post a Comment