Dikutip dari laporan keuangan kuartal III 2015 Freeport-McMoRan, produksi emas asal Papua menyumbang 97,79 persen terhadap total produksi emas konsolidasi yang berjumlah 907 ribu ons. Masih dari laporan keuangan yang sama, Freeport-McMoRan juga melaporkan jumlah produksi tembaga dari Indonesia mengalami kenaikan 18,49 persen menjadi 551 juta pon, dibandingkan realisasi produksi sampai 30 September 2014 sebanyak 465 juta pon.
Jika dihitung secara konsolidasi, tembaga asal Papua menyumbang 19,03 persen terhadap total produksi tembaga Freeport-McMoRan di seluruh dunia yang jumlahnya 2,92 miliar pon. Chairman Freeport-McMoRan James R. Moffett dikutip dari keterangan resmi perusahaan, menyatakan realisasi produksi dan penjualan hasil tambang konsolidasi perusahaan berusia 103 tahun itu bisa lebih tinggi seandainya tambang Grasberg di Papua tidak terganggu El Nino di kuartal III 2015.
Moffett mencatat sepanjang Juli-September 2015, total penjualan emas konsolidasi sebesar 294 ribu ons, anjlok 44 persen dibandingkan periode yang sama di 2014 sebanyak 525 ribu ons.
“Angka tersebut merefleksikan volume yang lebih rendah dari Freeport Indonesia yang menghasilkan ore grades lebih rendah akibat terkena El Nino,” kata Moffet, dikutip Senin (26/10). Akibat kondisi cuaca ekstrim tersebut, manajemen Freeport-McMoRan memperkirakan target penjualan emas dan tembaga konsolidasi tidak akan mencapai target yang ditetapkan sebelumnya yaitu masing-masing sebanyak 1,2 juta ons emas dan 4,1 miliar pon tembaga.
“Kami perkirakan akan lebih rendah dari target semula, tembaga akan lebih rendah 130 juta pon dan emas lebih rendah 90 ribu ons akibat perubahan jadwal operasi yang terpengaruh kondisi El Nino di Indonesia,” jelasnya Freeport-McMoRan Inc (FCX), pemilik 90,64 persen saham PT Freeport Indonesia mengalami rugi bersih US$ 8,15 miliar sepanjang Januari-September 2015, dibandingkan perolehan laba bersih periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 1,54 miliar.
Selain terdampak rendahnya harga komoditas pertambangan serta minyak dan gas bumi (migas), kerugian Freeport-McMoRan juga disebabkan oleh berkurangnya jumlah pendapatan perusahaan sebesar 25,43 persen menjadi US$ 12,08 miliar dari sebelumnya sampai 30 September 2014 sebesar US$ 16,2 miliar.
Sementara khusus kuartal III, perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek New York, Amerika Serikat (AS) itu mengalami penurunan pendapatan 35,37 persen menjadi US$ 3,68 miliar dari periode yang sama di 2014 sebesar US$ 5,69 miliar. Akibat beban operasional yang meningkat signifikan sepanjang Juli-September 2015, Freeport-McMoRan mengalami rugi bersih sebesar US$ 3,83 miliar dari sebelumnya mencatatkan untung US$ 552 juta.
“Sepanjang kuartal III, kami melakukan sejumlah aksi agresif untuk memangkas biaya dan belanja modal untuk memperkuat posisi finansial perusahaan,” ujar Chairman Freeport-McMoRan James R. Moffett dikutip dari keterangan resmi perusahaan, Senin (26/10).
Freeport-McMoRan tercatat telah memangkas belanja modal atau capital expenditures (capex) sebesar 29 persen menjadi US$ 4 miliar dari alokasi awal US$ 5,6 miliar. Pemangkasan belanja modal tersebut dilakukan atas unit bisnis pertambangan sebesar 25 persen dari sebelumnya US$ 2,7 miliar menjadi US$ 2 miliar, serta pemangkasan sebesar 30 persen untuk unit bisnis migas dari sebelumnya US$ 2,9 miliar menjadi 2 miliar.
Aksi tersebut, klaim Moffett, membuat kas perusahaan masih surplus di tengah kondisi pasar yang lesu. Ia menekankan, manajemen perusahaan dalam posisi menunggu perbaikan dari kondisi pasar komoditas tambang atas empat pusat penambangan besar yang dimiliki di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Laporan keuangan kuartal III 2015 Freeport-McMoRan menyebutkan, posisi kas dan setara kas perusahaan tercatat sebesar US$ 338 juta, turun 48,63 persen dibandingkan posisi kas dan setara kas kuartal III 2014 sebesar US$ 658 juta.
President and Chief Executive Officer Freeport-McMoRan Richard C. Adkerson menambahkan perusahaannya akan terus fokus menjaga jumlah produksi, biaya operasional, dan belanja modal di tengah kondisi harga komoditas tambang yang berfluktuasi. “Tentunya sambil memperkuat neraca keuangan dan menambah nilai atas beberapa aset portofolio tinggi milik perusahaan,” ujar Adkerson
No comments:
Post a Comment