Thursday, October 15, 2015

Laba Riba Industri Perbankan Indonesia Paling Tinggi Di ASEAN

Perbankan dalam negeri cukup besar dalam mematok keuntungannya. Net Interest Margin (NIM) perbankan dalam negeri rata-rata mencapai 5%, lebih tinggi dari perbankan negara-negara tetangga yang hanya dipatok 2-3%. Deputi Komisioner Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mulya Siregar mengatakan, tingginya keuntungan ini membuat bank-bank luar negeri tergiur untuk berekspansi di dalam negeri.

"Kita harus sadar bahwa kita itu menarik. NIM bank kita itu antara 5%, mereka 2-3%, itu yang membuat mereka menarik untuk ke sini," ujarnya saat acara OJK Forum 'Peluang dan Tantangan Industri Jasa Keuangan dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN', di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (12/10/2015).

Mulya menjelaskan, dalam menghadapi pasar bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), perbankan dalam negeri harus bersiap diri menerima serbuan bank-bank asing. Pembentukan ASEAN Banking Integrated Framework (ABIF) merupakan inisiatif dalam kerangka MEA yang bertujuan menciptakan mekanisme liberalisasi/integrasi dan mempercepat liberalisasi/integrasi perbankan melalui pemberian akses pasar (market access) dan keleluasaan beroperasi di negara anggota ASEAN dengan tetap memperhatikan pemenuhan persyaratan prudensial yang berlaku di masing-masing negara.

"Jangan hanya fokus di Malaysia dan Singapura. Bank kita size nomor 9 di ASEAN, mandiri yang terbesar saja masih nomor 9 di ASEAN. Dengan penunjukan Qualified ASEAN Banking (QAB) diharapkan bisa mendorong integrasi perbankan dalam kerangka MEA. ABIF ini jalur tol. Ini menjadi peluang perbankan Indonesia untuk ekspansi ke negara lainnya," terang dia. Soal ekspansi, Mulya menambahkan, asas resiprokal tetap harus diutamakan.

"Kalau you mau buka di sini, nanti dulu, kalau kita sudah boleh buka di sana, you silakan buka di sini, jadi jumlahnya harus sama," kata Mulya.

No comments:

Post a Comment