Melonjaknya nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah dilihat sebagai peluang untuk meningkatkan ekspor kerajinan tangan. Presiden Direktur PT Mediatama Binakreasi Bramantyo menargetkan kenaikan penjualan di pameran Inacraft 2015 yang khusus menampilkan perabot dan kerajinan tangan lokal.
"Seluruh transaksi, terutama yang ke luar negeri, diharapkan dapat meningkat 10 persen," katanya di Jakarta pada Senin, 9 Maret 2015.
Transaksi luar negeri Inacraft selama ini mencapai US$ 10 juta, sementara dalam negeri Rp 115 miliar. Bramantyo menilai kurs rupiah yang anjlok dibanding dolar AS tentu membuat harga barang menjadi lebih murah bagi pembeli asing. "Harga lebih murah, daya saing tentu lebih kuat," ujarnya. Saat ini kurs rupiah sudah menyentuh 13 ribu per dolar AS.
Ketua Asosiasi Eksportir dan Produsen Kerajinan Indonesia--selalu penyelenggara--Thamrin Bustami menuturkan unggulan Inacraft selama ini adalah barang-barang cendera mata,embroidery (sulaman), dan pakaian batik. Negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan, menurut Thamrin, kerap menjadikan hiasan asal Indonesia sebagai oleh-oleh dan pemberian untuk kerabat di negara asalnya. Barang-barang ini juga menarik minat pembeli asal Amerika, Eropa, Jepang, dan Australia.
Perabot rumah tangga juga diharapkan meningkat penjualannya. Thamrin mengatakan para pembeli asing seperti IKEA, perusahaan perabot asal Swedia, juga kerap mengunjungi pameran seperti ini. "Kalau menemukan yang menarik, bisa mereka beli kemudian dijual," ucapnya. Dia berharap, selain melejitnya angka penjualan kerajinan, potensi-potensi perajin asal Indonesia dapat lebih dikembangkan lagi.
Inacraft akan diselenggarakan pada 8-12 April 2015 di Balai Sidang Jakarta Convention Center. Sebanyak 1.069 peserta turut berpartisipasi dalam acara tersebut, termasuk sepuluh perajin asing.
No comments:
Post a Comment