Wednesday, March 4, 2015

Kinerja Jokowi Buruk ... Dolar Tembus Rp. 13.100 Posisi Terburuk Sejak Krisis Moneter 1998

Sejak akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah dan nyaris menyentuh level Rp 13.000. Hari ini, level tersebut akhirnya tertembus. Berdasarkan data perdagangan Reuters, Kamis (5/3/2015), dolar AS saat ini diperdagangkan di posisi Rp 13.023. Menguat dibandingkan saat pembukaan pasar yaitu Rp 13.015.

Terakhir kali dolar AS mencapai level Rp 13.000 adalah pada Juli 1998. Saat itu, Indonesia tengah mengalami krisis ekonomi (atau dikenal sebagai krisis moneter/krismon) yang menyebabkan rupiah begitu terpuruk. Dolar AS memang tengah 'menggila'. Terhadap mata uang negara-negara lain pun greenback begitu 'perkasa'. Ini terlihat dari Dollar Index yang terus bergerak naik hingga mencapai level terkuat dalam 11 tahun terakhir.

Kemarin, Dollar Index mencapai 95,57. Ini merupakan yang tertinggi sejak September 2003. Dollar Index telah menguat 5,7% sepanjang tahun ini. Penguatan dolar AS tidak lepas dari semakin membaiknya ekonomi Negeri Paman Sam. Apalagi negara-negara di Eropa, Jepang, bahkan China tengah mengalami perlambatan ekonomi sehingga AS menjadi seakan tanpa lawan. Nilai tukar rupiah masih dalam tren melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak pekan lalu. Banyak faktor yang menyebabkan rupiah terkena tekanan.

Menurut Analis Valuta Asing Senior dari ANZ, Khoon Goh, tren pelemahan rupiah ini mulai terjadi setelah euforia pemilu presiden (pilpres) Republik Indonesia (RI) akhir tahun lalu.  Ia mengatakan, rupiah berhasil menekan dolar AS pada saat kampanye pilpres. Mata uang Paman Sam itu bisa ditekan hingga di kisaran Rp 11.495 pada rentang 25 Juni sampai 23 Juli 2014. Arus dana asing pun masuk dengan kencang.

Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) hari ini menguat terhadap banyak mata uang dunia, termasuk rupiah. Perbankan dalam negeri sudah menjual dolar AS di harga Rp 13.100. Penguatan mata uang Paman Sam ini tidak lepas dari ekspektasi naiknya suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed), yang menunjukkan adanya pemulihan di ekonomi AS.

Seperti dikutip dari Reuters, Kamis (5/3/2015), pagi tadi dolar AS akhirnya menembus level Rp 13.015 atau melemah dibandingkan posisis pada penutupan perdagangan kemarin yaitu Rp 12.971. Bank-bank dalam negeri pun sudah menjual dan membeli dolar AS di atas Rp 13.000. Namun ada beberapa bank yang masih membeli di bawah Rp 13.000.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) termasuk yang menjual dan membeli dolar dengan harga tinggi. Bank swasta ini mematok kurs jual dolar Rp 13.035, dan kurs beli Rp 13.015. Di dua bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN), seperti PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), dolar AS juga sudah dijual di atas Rp 13.000.

Bank Mandiri mematok kurs jual dolar di harga Rp 13.082, sedangkan kurs beli dipatok Rp 12.868. Sedangkan di BNI, kurs jual berada di Rp 13.100 dengan kurs beli Rp 12.950. Terakhir kali dolar AS mencapai level Rp 13.000 adalah pada Juli 1998. Saat itu, Indonesia tengah mengalami krisis ekonomi (atau dikenal sebagai krisis moneter/krismon) yang menyebabkan rupiah begitu terpuruk.

Namun sayang, tren penguatan itu tak lama berbalik arah seiring dengan pudarnya euforia pilpres dan terpilihnya Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden RI. "Euforia terkait terpilihnya Presiden Jokowi di 2014 tidak bertahan lama," kata Goh seperti dikutip CNBC, Kamis (5/3/2015).

Tanpa komitmen yang jelas dalam pemberantasan korupsi dan janji-janji ekonomi selama masa kampanye yang sampai ini hanya masih sebatas jargon dan tidak terasa efeknya kelapisan bawah masyarakat membuat Presiden Jokowi dimata dunia hanya seperti macan kertas dan mengandalkan popularitas dalam menggenjot pertumbuhan perekonomian.

Pelemahan rupiah ini sudah terjadi sejak pekan lalu, sejak suku bunga acuan alias BI Rate dipangkas 25 basis poin ke 7,50%. Ditambah pula rencana The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga yang menjadi sinyak pemulihan ekonomi AS. Terhadap dolar Amerika Serikat (AS), nilai tukar rupiah masih dalam tren melemah. Bahkan dolar AS sudah menembus level Rp 13.000. Bagaimana kinerja rupiah terhadap mata uang lain di kawasan?

Mengutip data perdagangan Reuters, Kamis (5/3/2015), nilai tukar rupiah terhadap dolar Singapura saat ini ada di Rp 9.504/SG$. Melemah dibandingkan penutupan perdagangan kemarin yaitu Rp 9.493/SG$. Lalu terhadap baht Thailand, rupiah saat ini berada di Rp 402,01/baht. Melemah dibandingkan penutupan kemarin di Rp 400,62/baht.

Kemudian terhadap won Korea Selatan, rupiah ada di Rp 11,83/won. Melemah dibandingkan penutupan sehari sebelumnya yaitu Rp 11,17/won. Sementara terhadap dolar Australia, rupiah saat ini diperdagangkan di Rp 10.184/AU$. Melemah dibandingkan penutupan kemarin di Rp 10.152/AU$.

Sedangkan terhadap ringgit Malaysia, rupiah ada di Rp 3.561/ringgit. Melemah dibandingkan penutupan sehari sebelumnya yaitu Rp 3.548/ringgit. Dolar AS saat ini diperdagangkan di posisi Rp 13.023. Menguat dibandingkan saat pembukaan pasar pagi tadi yaitu di Rp 13.015. Terakhir kali dolar AS mencapai level Rp 13.000 adalah pada Juli 1998. Saat itu, Indonesia tengah mengalami krisis ekonomi (atau dikenal sebagai krisis moneter/krismon) yang menyebabkan rupiah begitu terpuruk.

"Bank sentral (BI) mungkin masih akan nyaman dengan rupiah berada di kisaran Rp 13.000, tapi hal ini bisa memicu keluarnya arus dana asing," kata Kepala Strategi Valuta Asing dan Pendapatan Tetap Macquarie, Nizam Idris.

No comments:

Post a Comment