Monday, March 2, 2015

Perbankan Indonesia Akhirnya Turunkan Suku Bunga

Satu per satu, perbankan di Indonesia mulai merespons beberapa kebijakan pemerintah terkait bunga. Apalagi, Bank Indonesia (BI) juga telah memutuskan suku bunga acuan turun menjadi 7,5 persen.

Tengok saja apa yang dilakukan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Mulai Maret ini, bank spesialis kredit mikro memutuskan untuk melakukan penyesuaian bunga simpanan dan bunga kredit. "Per 1 Maret, suku bunga deposito akan turun sampai dengan 75 basis poin sehingga range nya akan berkisar antara 4,5 - 7,persen p.a. Sementara, suku bunga pinjaman akan turun kurang lebih 25 bps," terang Budi Satria, Sekretaris Perusahaan BRI.

Untuk suku bunga pinjaman, Budi bilang, BRI mendahulukan kredit untuk ritel, menengah dan korporasi, sementara yang lainnya menyusul. Budi mengaku, dengan langka itu BRI menjadi bank yang pertama merespon himbauan presiden Jokowi untuk menurunkan bunga.

Meski sudah melakukan penyesuaian suku bunga, Budi menjelaskan, target pertumbuhan simpanan dan pinjaman tidak berubah dari rencana bisnis bank (RBB) BRI. "Target delta pinjaman tetap 15 persen-17 persen dan simpanan 16 persen-18 persen," tambahnya.

Senada dengan BRI, Bank International Indonesia (BII) juga mulai melakukan penyesuaian suku bunga. Bedanya, Lani Darmawan, Direktur Ritel BII menuturkan, pihaknya hanya menurunkan sebagian suku bunga. Lani beralasan, BII tidak menerapkan 1 rate sama untuk semua segmen nasabah. "Penurunan bunga sekitar 25bps, baik untuk simpanan maupun pinjaman. Namun seperti saya sampaikan, penurunan tidak semua dan hanya berdasarkan risk based pricing," terang Lani.

BII, kata Lani, juga tetap realistically pada target pertumbuhan semula. Sebab, lanjutnya, BII melihat di awal tahun sampai Februari kelihatannya kegiatan biz dan konsumsi masih belum terlalu marak, baik itu untuk pembiayaan automotif, KPR maupun pinjaman SME.

Sedikit berbeda, Bank Danamon mengaku, pihaknya telah lebih dulu menurunkan tingkat bunga deposito sebelum BI mengumumkan penurunan BI rate menjadi 7,5 persen. Menurut Vera Eve Lim, Direktur Keuangan Danamon, penurunan bunga deposito sudah dilakukan di minggu kedua Januari lalu.

"Kami menurunkan bunga deposito sebesar 25 basis poin," ujar Vera. Langkah penurunan bunga tersebut, kata Vera, dilakukan karena Danamon melihat persaingan likuiditas di perbankan mulai longgar. Berdasarkan Pusat Informasi Pasar Uang (PIPU) Bank Indonesia yang diupdate pada 26 Februari 2015, Danamon memberi bunga deposito mulai dari 7 persen hingga 7,13 persen.

Seiring dengan penurunan bunga deposito itu, Vera mengaku masih mengkaji penyesuaian bunga kredit. "Kalau bunga kredit itu mekanisme pasar," jelas Vera. Di sisi lain, Bank Negara Indonesia (BNI) belum memutuskan untuk melakukan penyesuaian suku bunga. Tribuana Tunggadewi, Sekretaris Perusahaan BNI mengatakan, pihaknya menilai tingkat suku bunga ditentukan oleh pasar. "Kami masih harus melihat kondisi pasar. Jadi, belum ada perubahan rate papan," imbuh Tribuana.

Bank Tabungan Negara menurunkan suku bunga kredit perumahan rakyat (KPR) sebesar 0,75 persen hingga 2 persen. Penurunan suku bunga ini seiring turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 7,5 persen dari semula 7,75 persen. "Kami sudah menurunkan daripada KPR-KPR yang lama," kata Direktur Utama BTN Maryono di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Senin (23/2/2015).

Direktur BTN Mansyur S Nasution memaparkan, suku bunga KPR untuk rumah nonsubsidi diturunkan sekitar 0,75 persen tergantung dengan segmen rumah yang dipilih nasabah. Sedangkan rumah subsidi non Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) diturunkan suku bunganya hingga 2 persen atau 200 basis poin. Untuk rumah FLPP, menurut dia, suku bunganya masih tetap 7,25 persen.

"Tergantung segmennya untuk subsidi, bukan FLPP ya, subsidi di luar FLPP karena FLPP kan 7,25 persen. Di luar itu turun di sekitar 200 basis poin. Itu Pak Direktur sudah putuskan 2 persen turun," papar dia.  Maryono menambahkan, bunga yang akan diturunkan BTN adalah bunga untuk program subsidi yang menganut model ballooning. Model kredit ini menjadikan bunga yang harus dibayarkan semakin lama semakin tinggi.

"Jadi dulu itu ada program subsidi yang lama-lama, di luar program subsidi yang disebut dengan FLPP itu ada modelnya yang ballooning yang semakin lama semakin tinggi. Bunga yang makin tinggi ini lah yang kita turunkan bungnya maksimal sampai 200 basis poin," kata dia.

Terkait FLPP, Maryono mengatakan bahwa pemerintah telah menganggarkan Rp 5,1 triliun dalam APBN 2015. Anggaran FLPP tersebut akan disalurkan untuk pembiayaan 65.000 unit rumah yang tersebar di sejumlah daerah. "Penyebarannya itu tergantung daripada masyarakat itu sendiri yang mencari, pemerintah menentukan penyebaran KPR FLPP," ujar dia.

No comments:

Post a Comment