Cadangan devisa Indonesia per 31 Juli 2015 sebesar 107,553 miliar dollar AS, turun 477 juta dollar AS dalam sebulan. Diperkirakan, Bank Indonesia menyiapkan cadangan devisa guna mengantisipasi sentimen negatif kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat. Cadangan devisa antara lain digunakan untuk menjaga nilai tukar rupiah melalui intervensi pasar, dengan memasok kebutuhan valuta asing (valas).
Nilai tukar rupiah menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, Jumat (7/8), sebesar Rp 13.536 per dollar AS. Posisi ini melemah dibandingkan dengan sehari sebelumnya, yakni Rp 13.529 per dollar AS. Pelemahan rupiah dipengaruhi faktor global dan domestik. Faktor global berupa penguatan dollar AS yang menekan mayoritas mata uang dunia karena perbaikan ekonomi AS dan rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS, The Fed. Dari dalam negeri, pelemahan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2015 dan triwulan II-2015 kian menekan rupiah.
Ekonom Senior Standard Chartered Bank Indonesia Eric Alexander Sugandi menuturkan, penurunan cadangan devisa yang tidak terlalu signifikan di tengah tren pelemahan nilai tukar rupiah mengindikasikan Bank Indonesia (BI) tidak terlalu boros menggunakan cadangan devisa untuk mengintervensi pasar valas. Diduga, BI bersiap mengantisipasi tekanan terhadap rupiah akibat kenaikan suku bunga acuan The Fed.
"Saya juga melihat BI menjaga cadangan devisa tidak jatuh di bawah 100 miliar dollar AS," kata Eric di Bandung, Jumat (7/8). Pelambatan pertumbuhan ekonomi, yang mengurangi keyakinan investor, turut menekan rupiah. Namun, Eric yakin, perbaikan ekonomi pada semester II-2015 akan meningkatkan keyakinan investor sehingga bisa mendorong penguatan rupiah.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menjelaskan, cadangan devisa untuk membayar utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah. Penerimaan devisa dari penerbitan surat utang pemerintah berdenominasi euro menahan penurunan cadangan devisa. Pada 23 Juli 2015, Pemerintah RI menjual surat utang negara 1,25 miliar euro.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil menyatakan, langkah yang bisa dilakukan pemerintah terkait pelemahan nilai tukar rupiah adalah memperbaiki perekonomian domestik. "Pemerintah mempercepat investasi dengan memberikan insentif, memperbaiki tax holiday (masa bebas pajak), debirokratisasi, dan mengurangi biaya logistik. Ini semua agar ekonomi nasional kompetitif," kata Sofyan.
Sofyan menegaskan, mempertahankan rupiah dengan segala biaya bukanlah pilihan yang tepat. Sebab, langkah seperti itu hanya akan menguras cadangan devisa negara. "Yang penting, BI berada di pasar dan menjaga rupiah dalam level yang bisa ditoleransi. Yang penting, kita jangan sampai memberikan kebijakan yang keliru, yang akan dianggap pasar bahwa ekonomi kita rentan," kata Sofyan.
Pelemahan rupiah memberatkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Menurut analis LBP Enterprises, Lucky Bayu Purnomo, sejumlah emiten yang terdampak kenaikan dollar AS akan membatasi belanja produksi dan menekan biaya operasional. Kemarin, IHSG ditutup melemah 36,26 poin (0,75 persen) ke level 4.770,303.
No comments:
Post a Comment