Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi tipis di tengah pelemahan pasar saham Asia. Indeks turun sebesar 2 poin (0,05 persen) ke level 4.800 setelah bergerak di antara 4.774-4.815 pada Senin (3/8). Mandiri Sekuritas mencatat, investor membukukan transaksi sebesar Rp 4,53 triliun, terdiri dari transaksi reguler Rp 3,76 triliun dan transaksi negosiasi Rp 770,32 miliar. Di pasar reguler, investor asing membukukan transaksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 263,48 miliar.
Sebanyak 115 saham naik, 167 saham turun, 87 saham tidak bergerak, dan 186 saham tidak ditransaksikan. Lebih lanjut, sebanyak tujuh sektor melemah, dipimpin oleh sektor barang konsumsi yang turun 1,28 persen dan sektor agribisnis yang turun 1,18 persen.
Saham di sektor barang konsumen yang paling terkoreksi adalah PT Kimia Farma Tbk (KAEF, Rp 950) yang turun 4,04 persen dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR, Rp 38.875) yang turun 2,81 persen. Di sektor agribisnis, saham yang paling melemah adalah PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP, Rp 1.390) sebesar 14,72 persen dan PT Golden Plantation Tbk (GOLL, Rp 125) sebesar 7,41 persen.
Dari Asia, mayoritas indeks saham terkoreksi. Kondisi itu ditunjukkan oleh indeks Nikkei225 di Jepang yang turun sebesar 0,18 persen, indeks Kospi di Korsel melemah sebesar 1,07 persen, dan indeks Hang Seng di Hong Kong terkoreksi sebesar 0,91 persen. Sore ini, mayoritas indeks saham di Eropa justru menguat sejak dibuka tadi siang. Indeks DAX di Jerman menguat 0,27 persen dan CAC di Perancis terapresiasi 0,15 persen, sedangkan indeks FTSE100 di Inggris masih terkoreksi 0,12 persen.
Sementara di pasar valuta asing, nilai tukar rupiah menguat sebesar 29 poin (0,21 persen) ke Rp 13.510 per dolar Amerika Serikat (AS), setelah bergerak di kisaran Rp 13.465-Rp 13.542 per dolar AS. Sebelumnya, analis PT First Asia Capital David Sutyanto mengatakan data laba perusahaan industri di China sampai Juni 2015 turun 0,3 persen secara tahunan dan sepanjang paruh pertama 2015 turun 0,7 persen secara tahunan. Hal itu menjadi sentimen eksternal yang negatif.
“Perlambatan ekonomi China dan penguatan dolar AS membuat harga komoditas terus tertekan seperti harga minyak mentah yang anjlok 1,8 persen sepekan kemarin di US$ 47 per barrel,” jelas David dalam riset, Senin (3/8). Sementara itu dari domestik, pasar digerakkan sentimen rilis laba emiten pada semester I 2015 dan kekhawatiran perlambatan ekonomi domestik menyusul tren depresiasi rupiah atas dolar AS yang berlanjut.
“Sepanjang Juli rupiah kembali tertekan 1 persen terhadap dolar AS berada di Rp13.481 akhir Juli lalu,” jelasnya
No comments:
Post a Comment