Monday, August 17, 2015

Kementan Canangkan Program Hilirisasi Industri Tomat Untuk Cegah Penurunan Harga

Tomat kini dijual rendah karena pasokan tomat di pasar melimbah. Kondisi ini dipicu oleh panen raya sehingga pasokan melimpah.  Petani terpaksa melepas tomatnya ke pasar karena tomat masuk produk pertanian yang mudah rusak. Melihat fenomena tahunan ini, Kementerian Pertanian (Kementan) memiliki solusi sebagai langkah antisipasi. Kementan akan mendorong petani untuk mengolah produk tomat agar tahan lebih lama atau disebut juga program hilirisasi produk pertanian.

"Usaha kecil yang berbasis rakyat yang mengolah tomat dalam jumlah besar seperti jus dan saus bisa jadi alternatif solusi. Tomat kan daya simpannya sebentar. Cabai sudah mulai banyak diolah usaha kecil jadi cabe bubuk. Tomat kita edukasi petani supaya mengenal olahan tomat atau hilirisasi. Sebab komoditi ini selalu up-down," Kata Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Hari Priyono, saat ditemui seusai upacara HUT Ke-70 RI di Kementerian Pertanian, Senin (17/8/2015).

Hari menjelaskan, komoditas hortikultura yang suplainya melimpah saat panen raya pilihan harus disimpan atau diolah agar tidak membanjiri pasar. Untuk mendukung program hilirisasi, pemerintah juga akan mengembangkan industri rakyat seperti usaha kecil menengah (UKM) yang sedang meredup. Industri rakyat ini bisa menyerap produk pertanian untuk diolah kembali.

"Kita ingin review kembali kebijakan mengenai investasi pertanian khususnya hilirisasi yang mengancam usaha rakyat. Pabrik kecap misalnya, harus kembali ke hilirisasi rakyat. Sekarang kan habis usaha rakyat, digantikan industri skala besar," terang Hari. Hari menyebut komoditas tomat masih sangat dibutuhkan oleh pasar, terutama bisa dipakai sebagai bahan baku pembuatan saus.

"Tomat masih punya peluang terserap ke usaha kecil pembuatan saus. Kalau harga tomat murah kan kualitas sausnya jadi bagus, lebih murni tomat nggak perlu campuran dan biayanya murah. Kita ingin usaha rakyat di bidang pertanian kembali berbasis local contain," pungkasnya. Seusai memimpin upacara 17 Agustus di Kementerian Perdagangan, Menteri Perdagangan Thomas Lermbong melihat-lihat acara "Gerakan Beli Tomat Petani" di lapangan parkir. Lembong menuturkan bahwa jatuhnya harga tomat ini menjadi salah satu perhatian pertamanya sejak menjabat sebagai menteri.

Pria yang akrab disapa Tom itu memperkirakan bahwa kejatuhan harga tomat ini disebabkan oleh melimpahnya surplus produksi tomat di dalam negeri yang makin meningkat setiap tahun. "Ini peristiwa di mana bisa menarik perhatian saya, saya diberitahu oleh teman-teman di kementerian bahwa surplus tomat kita setiap tahun semakin besar," kata Lembong usai Upacara 17 Agustus di Kemendag, Jakarta, Senin (17/8/2015).

Sebagai solusi jangka panjang untuk menstabilkan harga tomat, Lembong mengusulkan agar BKPM mencari investor yang mau membangun pabrik pengolahan tomat. Dengan begitu, kelebihan pasokan tomat saat panen raya dapat diolah dan disimpan lama, tak terbuang percuma, harga tomat pun dapat stabil sepanjang tahun.

"Selayaknya kita pelajari apa yang bisa kita lakukan, apakah kita kerjasama dengan BKPM untuk cari investor, bikin pabrik pengolahan tomat," ucapnya. Seperti diketahui, mulai pukul 07.00 WIB pagi ini, Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan Persatuan Pemasar Hasil Pertanian (PPHP) menggelar "Gerakan Beli Tomat Petani" di lapangan parkir Kantor Kemendag. Kegiatan ini dilakukan menyusul jatuhnya harga tomat di tingkat petani saat panen raya 3 bulan terakhir ini.

Presiden PPHP, Anne Sri Arti, menuturkan bahwa tomat yang dijual di lapangan parkir Kemendag ini dibeli langsung dari petani di Tasikmalaya dan Ciamis dengan harga Rp 3.000/kg. Saat ini, rata-rata harga tomat di petani jatuh hingga hanya Rp 1.400/kg. Padahal, biaya produksi tomat mencapai Rp 2.000/kg

"Tomat ini Tasik dan Ciamis, di petani sekarang harga cuma Rp 1.400/kg. Sementara tomat ini BEP-nya Rp 2.000/kg di petani. Kita beli dr petani Rp 3.000/kg supaya mereka tidak rugi," kata Anne. Tomat yang dibeli dari petani tersebut dijual dengan harga Rp 4.000/kg. Anne mengaku pihaknya tak mengambil keuntungan sama sekali, hanya memasukkan biaya transportasi Rp 1.000/kg.

Total tomat yang dijual di Kemendag hari ini ada 3 ton, ditambah dengan yang dijual di kementerian-kementerian lain, hari ini ada 10 ton tomat yang dijual oleh pemerintah. Anne menuturkan, gerakan ini adalah inisiatif Kemendag. Dia mengapresiasi langkah Kemendag dalam membantu para petani tomat di daerah ini. "Ini inisiatif dari Kemendag karena banyak tomat yang rusak di daerah. Ini bagus sekali menurut saya. Pemerintah muncul saat harga tinggi," tukasnya.

No comments:

Post a Comment