Tuesday, August 4, 2015

Melemahnya Rupiah Mulai Seret Perusahaan Properti Dalam Krisis

Pengamat menilai pengembang properti membukukan kinerja yang agak lemah sepanjang semester I 2015, dengan tidak adanya kejutan positif. Banyaknya hambatan mulai dari pelemahan nilai tukar rupiah hingga penurunan daya beli membuat kinerja properti tersendat.  Analis Mandiri Sekuritas Rizky Hidayat mengatakan terkait masalah valuta asing, PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) terkena dampak penurunan nilai tukar rupiah terhadap valas.

Seperti diketahui, Alam Sutera mengalami penurunan kinerja selama paruh pertama tahun 2015. Laba bersih perseroan melorot hingga 11,8 persen secara tahunan menjadi Rp 454,3 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp 515,3 miliar.

Penurunan laba bersih seiring dengan melorotnya pendapatan usaha emiten properti ini 12,1 persen dari Rp 1,94 triliun menjadi Rp 1,73 triliun. Hal itu ditambah lagi karena perseroan juga mengalami rugi akibat tekanan kurs sebesar Rp 325,3 miliar. Padahal pada paruh pertama 2014, tercatat laba selisih kurs sebesar Rp 25,9 miliar.

Sementara itu, Pakuwon Jati membukukan laba bersih pada semester I 2015 sebesar Rp 755,28 miliar atau merosot 16,61 persen bila dibandingakan dengan laba bersih pada periode yang sama 2014 senilai Rp 905,73 miliar. Penurunan kinerja Pakuwon Jati terutama disebabkan kerugian kurs yang sangat besar yaitu senilai Rp 162,69 miliar pada semester I 2015, berbalik dari periode yang sama tahun 2014 di mana perseroan mencetak keuntungan kurs sebesar Rp 9,27 miliar.

“PT Agung Podomoroland Tbk (APLN) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) menghadapi permasalahan pengakuan pendapatan (revenue recognition) pada semester I 2015, berlanjut dari kuartal I/2015. Di sisi lain, penjualan lahan yang lambat kepada ASRI melanda PT Modernland Realty Tbk (MDLN),” imbuh Rizky dalam riset, dikutip Selasa (4/8).

Sampai saat ini, Rizky menilai hanya PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Ciputra Surya Tbk (CTRS), PT Jaya Real Property Tbk (JRPT), dan PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) yang memiliki kinerja yang sejalan dengan prediksi.

Untuk diketahui, Bumi Serpong Damai membukukan pra-penjualan sebesar Rp 3,5 triliun sepanjang paruh pertama tahun ini. Nilai itu setara 46 persen dari target akhir tahun senilai Rp 7,5 triliun. “Kami percaya target pra-penjualan tahun 2015 sebesar Rp 7,5 triliun akan tercapai. Pertumbuhan penjualan kami masih berada pada jalur yang tepat. Pada semester I-2015 pra-penjualan kami tumbuh sebesar 28 persen secara year-on-year,” ujar Hermawan Wijaya Direktur BSDE, belum lama ini.

Proyek residensial merupakan kontributor terbesar untuk pra-penjualan pada enam bulan pertama 2015 dengan membukukan angka pra-penjualan sebesar Rp 2,49 triliun, disusul kemudian oleh unit shophouse atau rumah toko sebesar Rp 520,69 miliar atau setara 15 persen dari total pra-penjualan BSD.

“Kami masih berhati-hati pada sektor ini karena pelemahan ekonomi dan penjualan properti yang melambat. Saat ini, emiten sektor properti ditransaksikan pada valuasi diskon 65 persen terhadap nilai aset bersih (NAV) dan valuasi rasio harga saham per laba (PE ratio) sepanjang 2015 sebesar 12,5x,” jelas Rizky

No comments:

Post a Comment