Tingkat keyakinan konsumen Indonesia mengenai prospek lapangan kerja di Tanah Air, kondisi keuangan mereka dan belanja, menurun sebagai imbas dari pelemahan ekonomi .
Berdasarkan hasil survei Nielsen Indonesia terhadap 523 konsumen online, selama kuartal II/2015 indeks kepercayaan konsumen Indonesia berada pada posisi 120. Skor ini turun 3 poin dibandingkan kuartal I/2015 yang mencapai 123 poin.
Menurut Managing Director Nielsen Indonesia, Agus Nurudin, penurunan skor IKK sebesar 3 poin ini menyebabkan Indonesia menempati posisi ketiga di dunia setelah India dan Filipina, masing-masing dengan skor 131 dan 122 poin.
“Ini merefleksikan kepercayaan konsumen bahwa kondisi ekonomi Indonesia tidak terlalu baik. Tetapi kita masih berada di posisi 3 besar dunia karena faktor fundamental ekonomi yang masih lebih bagus dibanding 2008,” katanya di Jakarta, Rabu (29/7/2015). Angka 120 poin adalah capaian terendah jika sepanjang 2013. Capaian ini juga pernah terjadi pada kuartal III /2013 dan kuartal IV 2014.
Dia menjelaskan, menurunnya indeks keyakinan konsumen tersebut dipicu sejumlah faktor antara lain optimism akan prospek lapangan kerja ke depan. Pasalnya di beberapa sektor industri sudah mulai terjadi pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan sebagai imbas dari perekonomian global.
“Contoh yang perlu dimonitor yakni bidang mining industry karena dampak harga minyak dunia, batubara dan energy yang murah sekarang mulai terjadi PHK. Kondisi ini dikhawatirkan konsumen bisa berdampak ke sektor lainnya seperti garmen,” katanya.
Faktor kedua, yakni optimisme terhadap kondisi keuangan pribadi dalam satu tahun ke depan. Hanya 80% konsumen yang yakin dalam 12 bulan ke depan keuangan pribadinya akan baik-baik saja. Angka ini menurun dari kuartal sebelumnya yang mencapai 84%.
Faktor ketiga, kebanyakan konsumen menahan diri untuk menghabiskan uangnya. Hal ini terlihat dalam beberapa sektor industri seperti otomotif yang kinerjanya dilaporkan menurun. “Ini perlu diperhatikan karena efek dominonya banyak termasuk ke perusahaan makanan dan consumen. Jika spending turun, perekonomian dan GDP juga akan rendah,” terangnya.
Masalah perekonomian, lanjutnya, masih menjadi kekhawatiran utama konsumen Indonesia. Bahkan, tingkat kekhawatirannya meningkat menjadi 37% dari kuartal I sebesar 33%. Selain keadaan perekonomian, kekhawatiran konsumen lainnya adalah nasalah kesehatan, keseimbangan lapangan pekerjaan.
Rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada Mei juga tak luput membuat IKK menjadi menurun. Kekhawatiran akan kenaikan harga ini dialami oleh 17% konsumen. “Satu-satunya yang menurun adalah kekhawatiran mengenai kejahatan, yang menurun cukup signifikan dari 23% di kuartal I menjadi 15% di kuartal II,” jelasnya.
No comments:
Post a Comment