Bagi petani sayur di Sukabumi, rendahnya harga itu tidak sebanding dengan biaya yang harus mereka keluarkan untuk membeli benih, pupuk, vitamin, dan pestisida.
”Saya memerlukan modal Rp 2.500 per batang tanaman tomat. Itu untuk beli benih, pupuk, vitamin untuk daun, dan pestisida. Modal itu belum termasuk upah dua buruh yang masing-masing Rp 17.000 per hari,” papar Enut Koswara (54), petani tomat di Desa Ceengang, Kecamatan Gegerbitung, Selasa (1/3).
Menurut dia, kalau dijual sendiri ke Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur, tomatnya laku Rp 800 per kilogram. Namun, Enut harus menanggung biaya tidak sedikit. Akan tetapi, jika dijual di lokasi kebun kepada tengkulak, harga tomat saat ini Rp 300-Rp 500 per kg.
Di Karo, harga kol saat ini anjlok menjadi Rp 300 per kg di tingkat petani. Padahal, sepekan lalu masih Rp 700 per kg. Harga wortel juga anjlok menjadi Rp 1.000 per kg (sebelumnya Rp 1.700), sedangkan kembang kol Rp 1.500 per kg (sebelumnya Rp 2.000).
Penurunan paling terasa terjadi pada cabai yang hanya Rp 7.000 per kg. Sebulan sebelumnya, harga cabai Rp 50.000 per kg. ”Dengan kondisi harga seperti itu, petani tak bisa banyak berharap untuk hidup sejahtera,” ujar S Tarigan (64), warga Desa Gajah Ujung, Kecamatan Simpang Empat, Karo, Selasa.
Berbeda dengan petani sayur, petani jeruk di Jember, Jawa Timur, saat ini tersenyum gembira. Harga jeruk untuk konsumsi Rp 7.000-Rp 8.000 per kg, sedangkan jeruk muda bahan minuman Rp 4.500 per kg.
No comments:
Post a Comment