Tuesday, March 29, 2011

Indonesia Sulit Tingkatkan Produksi Minyak

Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi menyatakan, sampai Maret 2011 realisasi produksi minyak mentah siap jual mencapai 970.000 barrel per hari. Angka ini baru mencapai 91 persen dari target sesuai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2011.

Menurut Kepala BP Migas R Priyono, dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (29/3) di Jakarta, penghentian kegiatan operasi tidak terencana menjadi salah satu kendala utama dalam pencapaian produksi minyak bumi tahun 2011. Hal ini menyebabkan produksi minyak sulit digenjot meski harga minyak mentah dunia sedang tinggi.

Terkait hal itu, sejumlah anggota Komisi VII DPR meminta agar BP Migas mengoptimalkan produksi minyak agar bisa mencapai target lifting dalam APBN 2011 dan lebih intensif dalam melaksanakan pengawasan di lapangan. Badan pelaksana itu juga diminta mengatasi penghentian produksi yang tidak terencana.

Untuk mendorong produksi migas, Priyono menegaskan, pihaknya menargetkan pengeboran pengembangan pada 872 sumur, dan pengeboran ulang pada 621 sumur. Untuk meningkatkan temuan cadangan baru, pihaknya menargetkan pengeboran eksplorasi pada 224 sumur.

Priyono menjelaskan, peluang produksi yang hilang karena penghentian produksi tidak terencana (unplanned shutdown) mencapai 14.800 barrel minyak per hari. Hal ini disebabkan kerusakan pipa lifting di beberapa lapangan yang dioperasikan sejumlah kontraktor kontrak kerja sama migas, kerusakan kompresor atau pompa seperti dialami Total E&P Indonesie, Pertamina Epm, dan PHE ONWJ.

Sementara itu, Ekonom Standard Chartered Eric Sugandi mengemukakan, perkiraan harga minyak dunia akan bertahan pada 105 dollar AS per barrel pada akhir tahun ini. Harga minyak saat ini berkisar pada 102 dollar AS per barrel.

Dampaknya bagi Indonesia dengan harga minyak 105 dollar AS per barrel, maka pertumbuhan ekonomi akan tetap pada kisaran 6,5 persen dengan inflasi 7 persen dan defisit APBN mencapai 1,5 persen.

Kondisi ini berbeda jika harga minyak mencapai 120 dollar AS per barel. Pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun berkurang menjadi 6,4 persen dengan inflasi 7,4 persen dan defisit anggaran 1,7 persen.

”Kondisi rupiah yang menguat akan membantu defisit APBN saat pemerintah belum mampu meningkatkan lifting minyak sesuai target,” ujar Eric.

No comments:

Post a Comment