Direktur Utama PT Bina Karya Bangun Persada Daniel Djumali di Jakarta, Senin (28/3), mengemukakan, tren kenaikan harga bangunan saat ini akan berimbas pada peningkatan harga rumah. Ia memprediksi, terjadi koreksi harga rumah sederhana jenis rumah sejahtera tapak untuk masyarakat bersubsidi sekitar 5-10 persen.
Hingga pekan lalu, kenaikan harga semen sekitar 6-10 persen, sedangkan komponen besi dan baja 8-10 persen. Kebutuhan semen mencapai 30 persen dari total komponen bahan bangunan. ”Harga bangunan yang terus naik akan berdampak pada pergerakan harga rumah,” ujar Daniel, yang juga Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia.
Rp 70 juta
Harga rumah sejahtera tapak di wilayah Jakarta Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) diperkirakan melampaui Rp 70 juta per unit atau di atas patokan harga rumah yang berhak memperoleh stimulus pajak dari pemerintah. Harga rumah sederhana di luar Jabodetabek kemungkinan naik dari Rp 55 juta per unit menjadi Rp 60 juta per unit.
Pemerintah menetapkan stimulus pajak untuk harga rumah sejahtera tapak maksimum Rp 70 juta per unit. Stimulus itu berupa pembebasan pajak pertambahan nilai dan pengurangan pajak penghasilan final dari 5 persen menjadi 1 persen.
Secara terpisah, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia (REI) Setyo Maharso mengemukakan, sebagian pengembang umumnya memasarkan rumah yang masih dibangun (indent). Untuk itu, koreksi harga kemungkinan baru akan terjadi untuk proyek-proyek hunian baru.
Setyo menambahkan, kenaikan harga rumah sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga bahan bakar minyak dan tingkat suku bunga kredit. Tahun 2011, REI menargetkan produksi rumah mencapai 200.000 unit atau naik 10-15 persen dibandingkan tahun 2010.
No comments:
Post a Comment