Thursday, March 17, 2011

Volatilitas Rupiah Tinggi dan Cendrung Bertahan Dikisaran Rp. 8.500

Pergerakan atau tingkat volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperkirakan tetap tinggi dalam waktu yang tidak bisa diprediksi. Masa depan penyelesaian bencana gempa dan tsunami yang disusul krisis nuklir di Jepang menjadi acuan utama.

Pendapat itu muncul dalam Seminar ”Antisipasi Pergerakan Harga Valas untuk Keuangan dan Bisnis” yang digelar Forex Academy dan PPM Manajemen di Jakarta, Kamis (17/3).

”Yen merupakan mata uang investasi bagi seluruh dunia. Investor, baik dalam negeri maupun di luar negeri, meminjam dana di negeri itu dan menggunakannya untuk mendapat keuntungan lebih besar di luar Jepang,” kata Alfred Pakasi, CEO Vibiz Consulting, salah satu pembicara.

Mata uang Jepang, yen, kemarin menyentuh level tertinggi terhadap dollar AS sejak masa Perang Dunia II. Yen diperdagangkan pada 79,22 yen per dollar AS, dibanding 80,80 yen pada Rabu. Yen bahkan sempat menguat hingga level 76,52 pada perdagangan pada Kamis pagi.

Posisi yen terhadap dollar AS, menurut Alfred, memengaruhi nilai tukar mata uang lain. Rupiah, menurut kurs tengah Bank Indonesia, kemarin, ditutup melemah ke level Rp 8.793 per dollar AS dari perdagangan hari sebelumnya di level Rp 8.780 per dollar AS.

Direktur Bursa Berjangka Jakarta Roy Sembel memprediksi, rupiah tahun ini tetap kuat karena kondisi fundamental Indonesia baik. Ia memprediksi dengan tingkat inflasi 7 persen, nilai tukar rupiah tahun ini di kisaran 8.500 dollar AS-9.200 per dollar AS.

Sejumlah pengamat sebelumnya memperkirakan, level Rp 8.900 sebagai titik keseimbangan baru nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Sebelum kenaikan suku bunga acuan (BI Rate), Bank Indonesia menjaga nilai tukar di posisi Rp 9.000 per dollar AS.

No comments:

Post a Comment