Sunday, March 20, 2011

Insentif Pajak Gas CBM Sedang Disiapkan Pemerintah

Pemerintah menyiapkan insentif khusus untuk mendorong gairah perusahaan tambang dalam mengeksploitasi gas metana batu bara. Insentif itu perlu karena cadangan gas metana batu bara di Sumatera mencapai 100 triliun kaki kubik dan belum dieksploitasi sama sekali.

”Harus diberi insentif karena IRR (internal rate of return) harus menarik karena pada masa eksplorasi dan produksi air, mereka tidak mendapatkan apa pun. Jadi, jangan ada pajak apa pun pada periode itu,” kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (20/3), saat meresmikan Listrik Masuk Desa di Desa Sido Rahayu, Kecamatan Plakat Tinggi, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.

Menurut Hatta, perlakuan yang diterapkan pada perusahaan tambang gas metana batu bara (coal bed methane/CBM) tidak dapat disamakan dengan perlakuan terhadap aturan usaha pertambangan umum atau usaha minyak dan gas. Eksploitasi CBM memiliki ciri khas karena posisinya yang ada di antara air dan batu bara.

CBM adalah gas alam dengan dominan gas metana dan disertai oleh sedikit hidrokarbon lainnya dan gas non-hidrokarbon dalam batu bara hasil dari beberapa proses kimia dan fisika. CBM sama seperti gas alam konvensional yang dikenal saat ini, tetapi perbedaannya adalah CBM berasosiasi dengan batu bara sebagai sumber bebatuannya dan reservoirnya.

Pengembangan CBM di Indonesia sudah dilakukan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebagai terobosan atas menurunnya jumlah produksi minyak di Indonesia. Selain itu juga untuk membuktikan kebenaran dan menindaklanjuti hasil survei yang dilakukan konsultan Amerika (Stevens dan kawan-kawan tahun 2001).

Hasil survei itu, antara lain, menunjukkan kemungkinan adanya potensi sumber daya harapan CBM sebesar 337 triliun kaki kubik di Indonesia. Beberapa motivasi yang menjadi pendorong uji coba pengembangan CBM di Indonesia meliputi, pertama, kebijakan pemerintah untuk meningkatkan iklim investasi sebagai upaya pemulihan ekonomi nasional.

Kedua, program langit biru sudah sangat mendesak untuk direalisasikan secara nasional. Ketiga, meningkatnya konsumsi gas dunia harus diantisipasi dengan peningkatan pengusahaan gas alam secara komprehensif.

Keempat, antisipasi kekurangan pasokan energi listrik di Sumatera Selatan setelah 2008. Kelima, Indonesia dengan potensi CBM yang sangat besar harus dapat dikerjakan oleh putra terbaik bangsa sendiri.

”CBM akan dipercepat. Pada 2013 di Kalimantan sudah masuk program ’CBM to LNG’, CBM yang dialihkan menjadi gas alam cair,” kata Hatta.

Bisnis menjanjikan

Prospek bisnis gas metana batu bara itu juga kian menjanjikan. Hal ini ditandai tingginya minat para investor mengikuti lelang penawaran langsung gas metana batu bara untuk enam wilayah kerja yang diselenggarakan pemerintah.

”Untuk CBM, cukup ramai. Yang mengambil dokumen 12 perusahaan, yang mengembalikan enam, mereka membentuk konsorsium, jadi semua blok CBM laku,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Evita H Legowo, Jumat lalu.

Dalam acara itu, pemerintah mengumumkan pemenang lelang penawaran langsung wilayah kerja migas tahap kedua dan gas metana batu bara tahun 2010-2011. Enam blok CBM yang ditenderkan adalah Blok Kapuas I, Kapuas II, dan Kapuas III yang dimenangi konsorsium PT Tranasia Resources-BP Exploration Indonesia.

Tiga blok gas metana batu bara lain adalah Kutai Timur (dimenangi Senyiur cbm Inc-Total E & P Kutai Timur), Kutai Barat (PT Sugico Graha), dan Sijunjung (Konsorsium PT Lion Global Energi-PT Bukit Asam).

No comments:

Post a Comment