Tuesday, March 22, 2011

Jalan Tol Cikapek Palimana Trans Jawa Menjadi Prioritas

Pembebasan tanah ruas Jalan Tol Cikampek-Palimanan, yang merupakan bagian dari Trans-Jawa, ditargetkan selesai Agustus tahun ini. Pemerintah berharap pengerjaan konstruksi ruas jalan tol tersebut sudah dapat dilakukan September 2011.

”Kami mengharapkan ruas Jalan Tol Cikampek-Palimanan bisa selesai terlebih dulu karena sekarang penyelesaian pembebasan tanah mendekati 91 persen, termasuk tanah kehutanan yang sudah bisa dikerjakan,” kata Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak, Selasa (22/3) di Istana Wakil Presiden.

Hermanto menegaskan hal itu seusai mengikuti rapat dengan Wapres Boediono membahas Tol Trans-Jawa. Ikut hadir antara lain Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Keuangan Agus Martowardojo, dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Armida S Alisjahbana.

Hermanto mengakui, penyelesaian pembebasan tanah Cikampek-Palimanan memang tidak menunggu sampai pembahasan rancangan undang-undang tentang pembebasan tanah di parlemen rampung. ”Kami tak menunggu karena ingin mempercepat pembangunan ruas Cikampek-Palimanan. Mengenai RUU itu, kami berharap bisa selesai tahun ini,” paparnya.

Sebagaimana dilaporkan dalam rapat, biaya konstruksi ruas yang panjangnya 116 kilometer itu mengalami pembengkakan cukup besar. Dari hasil evaluasi, terjadi peningkatan biaya konstruksi, yang semula Rp 7,3 triliun menjadi Rp 11,6 triliun. ”Kenaikan harga konstruksi tentunya merupakan tanggung jawab investor,” ucap Hermanto.

Selain ruas Cikampek-Palimanan, ada delapan ruas lain yang menjadi fokus pemerintah. Total ada 24 ruas Tol Trans-Jawa yang perlu diselesaikan.

Sementara itu, PT Trans Marga Jawa Tengah (TMJ) selaku pelaksana proyek Jalan Tol Semarang-Solo mengakui, daerah yang ambles di ruas Gedawang-Penggaron merupakan daerah rawan longsor. Kondisinya sama persis dengan di Jalan Tol Cipularang. Oleh karena itu, TMJ yakin penanganan yang dilakukan saat ini berupa upaya mengurangi beban dan mengeluarkan air dari badan tol bisa mengatasi persoalan tersebut.

”Masalah yang dihadapi di Tol Semarang sama dengan di Tol Cipularang. Jenis tanahnya sama, yakni clay shale atau daerah berbatu lempung yang jika terkena air akan menjadi bubur. Dari pengalaman kami di Cipularang, kami melakukan upaya-upaya itu,” ujar Komisaris PT TMJ Eddy Bambang Susilotomo yang juga Kepala Divisi Teknik Jasa Marga, kemarin.

Menurut Eddy, langkah mengurangi beban (pemasangan boorpile dan pengeprasan jalan), serta mengurangi air di badan jalan tol tersebut dilakukan PT TMJ atas saran para ahli geoteknik, termasuk dari Universitas Diponegoro, Semarang.

Secara terpisah, Direktur Utama PT TMJ Agus Suharjanto juga menegaskan, pihaknya terus berupaya melakukan perbaikan atas keretakan yang terjadi di ruas Gedawang-Penggaron. Saat ini pekerjaan pengeprasan tanah sedalam 7 meter dan mengeluarkan air dari jalan.

”Kami tetap meningkatkan kehati-hatian. Kalau ada masukan-masukan, kami akan konsultasikan dengan ahli yang ada,” ujar Agus yang menunjuk langsung proses pekerjaan di daerah Gedawang

No comments:

Post a Comment