Friday, March 25, 2011

Volume dan Uang Subsidi Harus Segera Dirubah

Pemerintah harus segera mengubah besaran volume dan nilai uang subsidi bahan bakar minyak sebagai dampak penundaan pengaturan bahan bakar minyak bersubsidi yang diputuskan 21 Maret lalu. Hal itu karena volume premium akan meningkat dan akan ada gelombang migrasi pemakai pertamax ke premium karena perbedaan harganya bertambah lebar.

Menurut pengamat perminyakan Kurtubi, Jumat (25/3) di Jakarta, dengan posisi kebijakan bahan bakar minyak (BBM) hingga saat ini, besaran subsidi BBM harus segera diubah. Untuk membiayai tambahan subsidi BBM, pemerintah harus segera mencari tambahan pemasukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari sektor minyak dan gas dengan menggenjot produksi minyak mentah hingga sasaran APBN 2011 tercapai, yakni 970.000 barrel per hari.

Direktur Lembaga Kajian Ekonomi Pertambangan dan Energi Pri Agung Rakhmanto sebelumnya mengusulkan penerapan kebijakan harga BBM subsidi berfluktuasi. ”Secara prinsip, kebijakan ini mengunci persentase harga BBM bersubsidi terhadap harga keekonomiannya pada tingkat tertentu dan membiarkannya mengikuti pergerakan harga minyak mentah,” ujarnya.

Jadi, pada saat harga minyak mentah naik, harga BBM yang diberlakukan juga akan naik. Sebaliknya, pada saat harga minyak mentah turun, harga BBM juga akan turun. Namun, baik saat naik maupun turun, harga BBM itu tetap merupakan harga BBM yang disubsidi dengan besaran persentase tertentu yang dijaga konstan.

Jika kebijakan ini diterapkan, APBN terbebas dari permasalahan klasik subsidi BBM akibat gejolak harga minyak. Selain itu, sebagai negara produsen minyak, Indonesia menikmati rezeki nomplok (windfall profit) ketika harga minyak meningkat

No comments:

Post a Comment