Mari mengatakan hal tersebut saat mengunjungi gudang Bulog di Klaten, Jawa Tengah, Selasa (29/3). ”Sesuai dengan ketentuan masa impor yang sudah ditetapkan, impor beras kami hentikan per 31 Maret. Bagi yang sudah kontrak, tetapi barangnya belum tiba, masih ada kelonggaran karena sifatnya gangguan pengangkutan,” katanya.
Dia menuturkan, pasokan beras saat ini sudah mencukupi dengan banyaknya daerah yang panen. Indikasi ketercukupan pasokan juga terlihat dari turunnya harga beras. Penurunan harga beras berkisar 5-8 persen. ”Kami terus mendorong Bulog untuk pengadaan beras dari petani. Semakin cepat realisasinya, maka stok pangan nasional semakin aman,” katanya.
Mari menambahkan, pihaknya akan mengelola distribusi dan ketercukupan pasokan sebagai langkah antisipasi kenaikan harga beras akibat psikologis kenaikan gaji pegawai negeri sipil. ”Ada kemungkinan harga beras naik karena faktor psikologis. Namun, dengan pengelolaan yang baik, kami yakin tidak akan berlangsung lama,” tambahnya.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, realisasi impor beras per 16 Maret tercatat 1,37 juta ton atau 68,7 persen dari total kontrak 1,99 juta ton. Infrastruktur pelabuhan dan administrasi menjadi kendala yang dikeluhkan oleh Bulog. Sebagian besar beras yang diimpor berasal dari Vietnam dan Thailand.
Harga rata-rata nasional beras, menurut survei Kementerian Perdagangan, sebesar Rp 7.201 per kg. Harga itu sudah turun dibandingkan harga pada bulan Januari, yakni Rp 7.376 per kg. Di Klaten, harga beras kualitas medium sudah turun dari semula Rp 7.500 menjadi Rp 6.000 per kg.
”Pasokan beras sudah banyak karena sebagian besar sedang panen,” kata Sudiyo, pedagang beras di Pasar Cokro Kembang, saat ditinjau Menteri Perdagangan.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Ihwan Sudrajat mengatakan, pasokan pangan di Jawa Tengah saat ini aman untuk beberapa bulan ke depan. Selain beras, pasokan sayuran juga memadai. Sebagian produk sayuran bahkan mulai diekspor ke Timur Tengah.
No comments:
Post a Comment