Tuesday, March 22, 2011

Perbankan Syariah Harus Imbangi Diri Dengan Teknologi Informasi

Pertumbuhan industri perbankan syariah di Indonesia harus diimbangi dengan pengembangan sistem teknologi informasi andal, terintegrasi, sekaligus mudah difungsikan. Hal itu perlu untuk memenuhi tingkat audit kepatuhan yang dinilai belum sempurna sekaligus menambah tingkat kepercayaan publik pada lembaga perbankan syariah.

Principal Consultant Islamic Banking Oracle, Jamil Hassan, di Jakarta, Selasa (22/3), menyatakan, pertumbuhan industri perbankan syariah di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi dibandingkan sejumlah negara lain. Ini menunjukkan potensi pengembangan industri itu masih besar.

”Sebagian besar institusi perbankan syariah di Indonesia berdiri kurang dari lima tahun dengan pelanggan kurang dari satu juta orang. Selain itu, ukuran asetnya juga kurang dari 5 miliar dollar AS. Jadi, masih banyak ruang untuk berkembang dan tantangan yang dihadapi,” kata Jamil.

Menurut Jamil, tingginya pertumbuhan industri tersebut menunjukkan Indonesia sebagai pasar potensial. Sayangnya, anggaran teknologi informasi (TI) dalam industri perbankan syariah dinilai masih minim jika dibandingkan dengan anggaran untuk bank konvensional. Audit kepatuhan (compliance) bank syariah juga dinilai masih kurang.

Data Bank Indonesia menunjukkan, sepanjang 2010 perbankan syariah tumbuh dengan volume usaha tinggi, sekitar 43,99 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sekitar 26,55 persen. Pertumbuhan dana yang dihimpun dan pembiayaan juga relatif tinggi. Fungsi intermediasi perbankan syariah juga relatif baik seiring pertumbuhan dana yang dihimpun. Oracle Financial Services Software menawarkan produk perangkat lunak Oracle Flexcube Islamic Banking Functionality, yang meliputi

modul finansial, account and deposit, treasury, dan trade financing. Perangkat lunak ini mempermudah pengelolan perbankan syariah.

No comments:

Post a Comment