”Bayangkan jumlah siswa seluruh Indonesia, termasuk guru dan keluarganya. Mereka menjadi sasaran penting, terutama sepatu-sepatu yang harganya menengah ke bawah,” kata Ketua Pengembangan Usaha Dalam Negeri Aprisindo Marga Singgih di Jakarta, Sabtu (26/3).
Menurut Marga, Aprisindo telah berkomunikasi dengan Kementerian Pendidikan Nasional. Lewat kerja sama, diharapkan penjualan sepatu lokal bisa meningkat. Sejauh ini masih banyak kalangan siswa dan guru yang menggunakan sepatu impor, khususnya dari China, yang dijual lebih murah.
Dia mengatakan, kampanye pemakaian sepatu lokal di kalangan masyarakat menengah ke bawah penting karena hampir 50 persen pasar di segmen tersebut, justru dikuasai produk impor China. ”Jadi fokus kampanye bukan hanya kalangan atas saja, tetapi yang lebih penting justru kalangan menengah,” ujarnya.
Selain kerja sama dengan instansi pemerintah, Aprisindo juga telah menandatangani kesepakatan dengan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo). Lewat kerja sama tersebut, perajin sepatu diberi kesempatan lebih banyak untuk bisa menjual produknya di ritel-ritel modern.
Marga menambahkan, penjualan sepatu ke ritel modern baru berkisar 50 persen. Sisanya masih menggunakan pasar tradisional. ”Banyak yang belum memasok ke ritel modern karena kendala pembayaran,” kata Marga.
Ketua Aprindo Benjamin Mailool mengatakan, dari sekitar 13.000 penyuplai ritel modern, sekitar 40 persennya adalah usaha kecil menengah, termasuk di dalamnya produk sepatu. ”Kami akan terus menambah persentase UKM,” katanya
No comments:
Post a Comment