Hal tersebut dikemukakan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu seusai meninjau Pasar Cokro Kembang di Klaten, Jawa Tengah, Selasa (29/3). ”Setelah pasar dibangun, pengelolaannya harus bagus, baik manajemen maupun perawatan fisiknya. Revitalisasi juga harus menaikkan omzet pedagang. Percuma pasarnya dibangun kalau kesejahteraan pedagang tidak membaik,” katanya.
Menurut dia, dengan pengelolaan yang baik pendapatan asli daerah juga bisa ditingkatkan, terutama dari retribusi dan pendapatan parkir. Untuk pemberdayaan pedagang, lanjutnya, sejumlah daerah telah memberikan pelatihan manajemen bagi pedagang.
Untuk merevitalisasi pasar tradisional, tahun ini Kementerian Perdagangan mengalokasikan anggaran sebanyak Rp 505 miliar. Program tersebut akan terus berlanjut karena sekitar 95 persen dari 4.000 pasar tradisional yang sudah terdata kondisi fisiknya sudah tidak layak.
”Pasar yang sudah terdata itu baru sekitar 30 persen dari total pasar tradisional di Indonesia. Jadi, revitalisasi akan menjadi program berkelanjutan. Tahun ini ada 120 pasar yang direhab dan 10 di antaranya merupakan pasar percontohan,” tuturnya.
Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo mengatakan, Jawa Tengah mendapatkan alokasi Rp 14 miliar untuk pasar percontohan. Pasar yang dipilih adalah Pasar Grabag di Purworejo senilai Rp 5 miliar dan Pasar Cokro Kembang di Klaten senilai Rp 9 miliar.
No comments:
Post a Comment