Darmayanti, perajin batik di Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Sabtu (19/3), mengatakan, selama ini besarnya biaya menghalangi niatnya mengikuti pameran kerajinan untuk mempromosikan usaha batik ke luar Pulau Madura. Jumlah dan kualitas produknya diyakini dapat bersaing dengan UMKM sejenis.
”Akhirnya, saya ikut pameran saat diajak oleh pihak lain. Bulan April nanti, saya ikut pameran di Jakarta karena dibiayai bank tempat saya memperoleh kredit,” kata Darmayanti kepada Kompas di rumah yang merangkap tempat usahanya di Tanjungbumi.
Usaha batiknya, Sumber Arafat, sudah dua kali memperoleh kredit dari bank yang sama, masing-masing Rp 100 juta. Kredit itu digunakan untuk menambah modal usaha di tengah naiknya harga bahan baku.
Fandi, pemilik usaha batik Madura di Burneh, Bangkalan, juga menyadari manfaat menjadi peserta pameran produk UMKM. Namun, Fandi mengeluhkan tidak sanggup membayar karena biayanya terlalu besar.
Tahun 2010, Fandi pernah menjadi peserta pameran produk UMKM di Kabupaten Bangkalan. Namun, saat itu ia tak dikenai biaya karena diundang Pemerintah Kabupaten Bangkalan sebagai perwakilan usaha batik di Lemah Dhuwur, Bangkalan.
Sekretaris Perusahaan BRI Muhamad Ali, kepada Kompas, menyampaikan, kondisi itu disadari oleh BRI—sebagai salah satu bank yang banyak memberikan kredit ke sektor UMKM. ”BRI menyertakan debitor dalam pameran. Semua biaya, mulai dari persiapan sampai dengan UMKM itu kembali ke tempatnya, berasal dari BRI,” ujar Ali.
Tanggal 1-7 April nanti, BRI memberangkatkan perajin mainan anak dari Surabaya, perajin perak dari Bali, dan perajin tenun dari Wates (Daerah Istimewa Yogyakarta) ke acara pasar malam Indonesia di Den Haag, Belanda.
No comments:
Post a Comment