”Meski kondisi dalam negeri kami sedang darurat akibat bencana tsunami, kami tetap pegang komitmen kami. Semuanya akan berjalan sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui. Bagi Jepang, Indonesia adalah mitra ekonomi penting,” katanya, usai membuka pelatihan bahasa Jepang bagi calon tenaga kerja, di Jakarta, Selasa (22/3).
Menurut Kojiro, proyek yang sudah disepakati adalah Metropolitan Priority Areas (MPA) senilai 20 miliar dollar AS atau sekitar Rp 174 triliun.
”Saya sudah bertemu dengan Pemerintah Indonesia pekan lalu. Kami sudah bahas soal MPA. Proyek tersebut akan tetap berjalan sesuai rencana. Masyarakat Indonesia tak perlu khawatir,” katanya. Selain MPA, proyek lain yang tetap berjalan sesuai perencanaan adalah geotermal dan transportasi.
Wakil Menteri Perekonomian, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang Tadahiro Matsushita, Kamis (17/3), datang ke Indonesia untuk acara kick-off meeting MPA. Sebelum terjadi musibah, Menteri METI yang dijadwalkan datang ke Indonesia.
Dubes Kojiro menegaskan, kondisi ekonomi di Jepang akan segera membaik dengan banyaknya dukungan dan bantuan dari kalangan internasional.
Bencana gempa bumi dan tsunami di Jepang 11 Maret lalu diperkirakan menimbulkan kerugian sedikitnya 250 miliar dollar AS atau Rp 2.225 triliun. Nilai ini hampir dua kali lipat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2011.
Menurut Menteri Koordina- tor Perekonomian Hatta Rajasa, nilai proyek MPA sebesar 20 miliar dollar AS itu merupakan bagian dari program percepatan pembangunan yang berbasis koridor ekonomi senilai total 60 miliar dollar AS. MPA itu terutama terkait dengan program Greater Jakarta.
Kojiro kemarin juga meluruskan informasi terkait tertundanya pemberangkatan 50 tenaga medis untuk membantu korban tsunami. ”Kami bukannya menolak bantuan tersebut. Yang terjadi adalah kondisi di lapangan belum memungkinkan. Perdana menteri saja belum bisa masuk ke lokasi bencana. Setelah memungkinkan, kami akan segera menerimanya,” katanya.
Dia menambahkan, situasi di Jepang saat ini masih kacau. Sarana transportasi terputus, begitu pula komunikasi. Stok makanan di sejumlah daerah juga menipis. Sejumlah komoditas seperti ikan juga menumpuk akibat kekhawatiran akan paparan radiasi nuklir.
Secara terpisah, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Suryo Bambang Sulisto mengatakan, jika krisis nuklir tidak segera teratasi, industri dalam negeri yang selama ini bergantung pada bahan impor Jepang akan terganggu. ”Hal itu terutama pada industri elektronik di Batam yang selama ini mengandalkan material dari Jepang,” katanya.
Ia yakin Jepang bisa memulihkan kondisi perekonomiannya dalam waktu cepat. Pasalnya, Negeri Sakura tersebut merupakan salah satu negara yang paling siap menghadapi bencana.
”Indonesia tak perlu terlalu khawatir. Kalaupun terjadi perlambatan di kita, pastinya tidak akan lama,” ujarnya.
Astra tak terpengaruh
Bencana di Jepang tidak berpengaruh terhadap kinerja kelompok bisnis Astra International Tbk di Indonesia. Menurut Direktur PT Astra International Tbk Gunawan Geniusahardja di Jakarta, Selasa, bencana itu terjadi di wilayah timur laut Jepang. Adapun pabrik Toyota dan Daihatsu ada di wilayah barat Jepang. Di samping itu, Astra masih memiliki pabrik manufaktur di luar Jepang sehingga bencana itu tak akan mengganggu produksi.
Gunawan menambahkan, berdasarkan perbandingan, satu mobil di Indonesia digunakan untuk 40-50 orang. Jumlah itu masih lebih rendah dari kebutuhan sehingga Astra optimistis pertumbuhan penjualan mobil masih tinggi.
Membawa peluang
Ketua Komite Tetap Ketahanan Pangan Kadin Indonesia yang juga Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang mengatakan, gempa bumi disusul tsunami serta adanya kebocoran reaktor nuklir di Jepang di satu sisi akan memberikan peluang ekspor produk makanan dan minuman, serta bahan baku pakan ternak dari hasil samping industri gandum.
Peluang ekspor produk makanan dan minuman terbuka. Pasalnya, selama ini Jepang sangat melindungi pasar domestiknya dari produk luar. Dengan adanya bencana dan dampak radiasi nuklir, Jepang memerlukan pasokan produk makanan dan minuman, juga bahan baku pakan ternak.
”Ekspor yang bakal meningkat ke Jepang di antaranya pasta dan produk rempah-rempah seperti kopi dan teh, juga produk makanan dan minuman. Kemungkinan, untuk produk-produk di atas, potensi ekspornya naik,” katanya.
Adapun untuk gandum, Franciscus belum melihat adanya dampak negatif. Apalagi, Jepang bukan negara produsen gandum dunia. Jepang adalah salah satu importir gandum
No comments:
Post a Comment