Friday, March 25, 2011

Perbankan Kekurangan Tenaga Ahli Yang Mampu Mengelola Bank Menjadi Lebih Dari Sekedar Renternir

Tenaga kerja atau sumber daya manusia berbakat menjadi salah satu dari tiga hambatan utama perbankan dalam mencapai proyeksi pertumbuhan tahun 2011. Dua hambatan lain adalah peraturan dan situasi politik.

Demikian hasil survei perbankan oleh PwC Indonesia, yang dipaparkan penasihat teknis PwC Indonesia, Ashley Wood, di Jakarta, Jumat (25/3). Responden survei terdiri atas eksekutif senior sekitar 40 bank di Indonesia.

PwC Indonesia adalah firma yang terdiri dari KAP Tanudiredja, Wibisana, dan Rekan, PT PricewaterhouseCoopers Indonesia Advisory, dan PT Prima Wahana Caraka.

Kondisi ini, menurut Wood, berbeda dengan hasil survei tahun 2010. Saat itu responden menyatakan kompetisi merupakan hambatan utama.

Hasil survei 2011 menyebutkan, sekitar 55 persen responden prihatin terhadap kelangkaan pegawai berbakat. Namun, kata Wood, sebagian besar responden menggunakan pilihan non-keuangan untuk mengatasi kelangkaan itu, antara lain berupa pelatihan dan mentoring. ”Hanya 16 persen yang menggunakan peningkatan paket remunerasi untuk mempertahankan atau menarik pegawai berbakat,” ujarnya.

Sebagian eksekutif senior perbankan itu juga menyebutkan rencana untuk menambah 10-20 persen pegawai.

Rencana ini selaras dengan fokus utama operasional perbankan, yang dinyatakan oleh 36 persen responden, yakni membuka setidaknya 25 kantor cabang tahun 2011. Perluasan jaringan itu di antaranya untuk melayani usaha kecil menengah yang dinilai menjanjikan.

Direktur Direktorat Pengawasan I Bank Indonesia Boedi Armanto yang hadir dalam acara PwC mengatakan, menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN tahun 2020, perbankan Indonesia harus siap. Saat itu perbankan harus berkompetisi dengan perbankan dari negara lain. ”Bank Indonesia (BI), sebagai otoritas pengawas, ingin kita siap menghadapi itu. Kesiapan artinya faktor manusianya. Sejak sekarang harus disiapkan perbankan,” kata Boedi.

Ekonom Mirza Adityaswara secara terpisah berpendapat, perbankan saat ini sedang agresif mengembangkan bisnis. Di antaranya bisnis syariah, cash management, wealth management, kredit mikro, dan korporasi.

Pengembangan ini membutuhkan tenaga dengan keahlian khusus. ”Proses rekrutmen dan pelatihan yang tepat dan reguler menjadi hal penting. Kalau tidak, yang terjadi adalah saling bajak pegawai bank,” ujar Mirza.

Perihal situasi politik, menurut Wood, cukup mengejutkan. Pasalnya, saat ini kondisi politik dinilai relatif baik seiring proses demokrasi yang baik.

Data BI per Januari 2011, ada 121 bank umum dengan 13.970 kantor dan 1.700 bank perkreditan dengan 3.922 kantor. Bank umum beraset Rp 2.990 triliun, sedangkan aset bank perkreditan Rp 46,291 triliun.

No comments:

Post a Comment