Menteri Perindustrian MS Hidayat di Yogyakarta, Selasa (22/3), mengatakan, ”Untuk pembangunan industri pengolahan bijih besi, pemerintah memberi penghargaan dan siap mendukung dengan berbagai kebijakan investasi. Pembangunan industri bijih besi ini dapat menunjang pemenuhan kebutuhan besi baja nasional yang belum dapat dipenuhi dari dalam negeri. Lebih dari 4 juta ton per tahun masih harus diimpor.”
Deposit pasir besi di daerah pesisir Kulon Progo, Yogyakarta, diperkirakan sekitar 300 juta ton. Investor bersedia membangun industri pengolahan besi baja dengan kapasitas 500.000 ton per tahun dan akan ditingkatkan menjadi 2 juta ton per tahun.
Menurut Hidayat, produksi pasir besi sesungguhnya bisa digunakan untuk memasok industri besi baja maupun industri semen. Namun, Pemerintah Provinsi DIY lebih memilih industri ini dibangun untuk memasok industri besi baja. Investor yang berminat membangun industri pengolahan bijih besi berasal dari Jepang bermitra dengan investor lain.
”Tadinya, kalau industri bijih besinya jadi, harus dibangun jalur kereta api. Karena tidak memadai, infrastruktur berikutnya yang perlu dibangun adalah pelabuhan. Ini pasti diantisipasi dengan menyediakan lahan sekitar 200-300 hektar,” ujar Hidayat.
Sementara perusahaan yang akan membangun bandara internasional di Yogyakarta adalah JVK India, perusahaan yang membangun bandara internasional di Bombay, India.
Perusahaan ini membutuhkan lahan 600-1.000 hektar untuk pembangunan bandara di Yogyakarta. Perusahaan ini juga akan membangun bandara internasional di Singaraja, Bali.
No comments:
Post a Comment