Indeks dolar Amerika Serikat rajin menorehkan rekor tertinggi baru. Siang ini, Rabu, 11 Maret 2015, dolar bahkan sudah melambung di atas level 98,7. Apa dampak pergerakan indeks dolar terhadap posisi rupiah?
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan laju indeks dolar menjadi ancaman bagi rupiah. "Jika indeks dolar AS menembus level 100—110, rupiah bisa bergerak di kisaran 13.000—14.000,” kata Rangga saat dihubungi, Rabu, 11 Maret 2015.
Pelemahan rupiah yang terlalu dalam akibat tekanan dolar yang didorong kemungkinan kenaikan suku bunga acuan Fed serta data makro ekonomi AS yang baik bisa mempengaruhi pencapaian target pertumbuhan. Apalagi, kata dia, pemerintah tahun ini menaikkan target pertumbuhan ekonomi yang semula 5 persen menjadi 5,7 persen.
Agar pertumbuhan terkerek, kata Rangga, harus ada peningkatan produksi. "Untuk menggenjot produksi tentunya membutuhkan barang modal yang sebagian diimpor. (Pelemahan rupiah) berlawanan dengan visi menaikkan pertumbuhan,” kata Rangga.
Sementara itu, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi ini bergerak melemah sebesar 78 poin menjadi 13.161 dibanding posisi sebelumnya 13.083 per dolar AS. "Nilai tukar rupiah secara beruntun tertekan mata uang utama, yakni dolar AS. Penguatan dolar AS seiring dengan besarnya ekspektasi pelaku pasar uang terhadap kenaikan suku bunga di Amerika Serikat," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta.
Ariston menambahkan bahwa prospek kenaikan suku bunga bank sentral AS (Fed Fund Rate) telah memicu kenaikan volatilitas mata uang global, terutama di negara-negara berkembang.
"Penguatan dolar AS merupakan spekulasi kenaikan Fed Fund Rate di bulan Juni, ekspektasi yang lebih cepat dibanding sebelumnya di bulan September pada tahun ini setelah data tenaga kerja AS cukup solid serta serangkaian komentar pejabat The Fed," katanya.
Melemahnya mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah, juga disebabkan oleh belum adanya kepastian pembicaraan utang Yunani. Situasi itu menambah katalis positif bagi dolar AS. "Faktor utama pelemahan rupiah masih didorong sentimen global, sementara dari dalam negeri masih cukup kondusif," kata Ariston.
Pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, menambahkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia yang masih cukup stabil dapat membuat rupiah dalam jangka menengah-panjang berpotensi kembali terapresiasi. "Rupiah akan bergerak sesuai dengan fundamental ekonomi Indonesia dalam jangka menengah-panjang," ucap Rully.
Setelah sentimen The Fed memudar, menurut Rully, investor akan kembali masuk ke pasar berisiko karena imbal hasil yang ditawarkan masih cukup atraktif. Rully optimistis asumsi makro dalam APBN-P 2015 yang telah disahkan melalui sidang paripurna, di antaranya pertumbuhan ekonomi 5,7 persen, laju inflasi 5,0 persen, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS 12.500, masih dapat dicapai.
No comments:
Post a Comment