Kalangan pengusaha memperkirakan harga karet akan stagnan hingga akhir tahun ini. "Belum ada upaya mendongkrak harga karet secara masif oleh pemerintah," kata Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Daud Husni Batari saat dihubungi, Senin, 2 Maret 2015.
Kesepakatan dengan para eksportir utama karet, yakni Malaysia dan Thailand yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC), dimaksudkan untuk mendongkrak harga. Begitu juga dengan rencana penyerapan karet di dalam negeri untuk mendukung proyek pembangunan infrastruktur. "Semuanya belum kelihatan hasilnya," kata Daud.
Dari sisi produksi dan ekspor, Daud memprediksi angkanya akan terus menurun. "Harga yang rendah itu bikin petani frustrasi, enggak mau lagi tanam karet."
Selain faktor psikologis petani, menurut Daud, ketidakpastian cuaca juga mempengaruhi produksi karet tahun ini. Saat ini tingginya curah hujan telah menghambat produksi di beberapa wilayah.
Daud menuturkan ekspor normal kuartal pertama yang pada tahun lalu mencapai 600 ribu ton bisa hanya terealisasi sekitar 450-500 ribu ton saja tahun ini akibat gangguan cuaca.
Kementerian Pertanian mencatat produksi karet pada 2014 turun menjadi 3,15 juta ton dari 3,18 juta ton pada 2013. Hal itu berpengaruh pada penurunan volume ekspor karet hingga 100 ribu ton. Tahun lalu, volume ekspor produk karet hanya 2,6 juta ton dari sebelumnya 2,7 juta ton pada 2013.
No comments:
Post a Comment